Jumat, 22 Agustus 2008

Urgensi Niat

Urgensi Niat


Sesungguhnya setiap amal perbuatan itu tergantung pada niat, dan bahwa tiap-tiap orang itu mendapat balasan sesuai apa yang ia niatkan. (HR Bukhari-Muslim).

Kebencian Abudullah bin Ubay kepada Rasulullah saw sudah sampai ke ubun-ubun. Abdullah merasa bahwa sejak Rasul yang mulia ini hijrah ke Madinah dianggap pesaing beratnya. Namun, untuk melawan secara langsung tidak mungkin, karena Rasulullah amat dicintai golongan Anshor, Muhajirin, dan kelompok minoritas lainnya. Maka, yang dapat ia lakukan adalah politik lempar batu sembunyi tangan. Salah satu program lempar batu sembunyi tangan untuk memecah belah kelompok di wilayah Madinah adalah dengan mendirikan masjid.

Singkat cerita, Abdullah dan kroni-kroninya selesai membangun Masjid Dhiror. Abdullah lalu mendatangi Nabi dan memintanya mengimami shalat jenazah di masjid itu. Pulang dari medan perang Tabuk, Nabi berhenti sebentar di Dzi Awan, suatu tempat jarak perjalanan kaki satu jam dari kota Madinah. Di samping Nabi, mereka juga menunggu kedatangan Abu Amir, seorang pendeta Nasrani dari Suriah. Tapi sial, Abu Amir tidak datang karena keburu meninggal di Suriah.

Semula Nabi akan datang memenuhi undangan tersebut. Namun Umar bin Khattab memprotes Nabi karena telah lama mengenal Abdullah dan kroninya sebagai pihak yang sering merugikan Islam dan umatnya. Namun, Nabi belum memiliki alasan kuat untuk membatalkan kedatangannya ke masjid itu hingga turun ayat 107-108 surat At-Taubah. Atas wahyu itu, Nabi memanggil sahabat Malik bin Dakhassy, Ma'un bin Ady, dan Ashim bin Ali ''Berangkatlah kalian ke Masjid Dhiror yang dibangun oleh orang zalim dan munafik itu. Bakar dan hancurkan,'' kata Nabi.

Kisah tadi merupakan salah satu contoh bagaimana orang atau kelompok orang yang di dalam hatinya memiliki niat yang jelek alias jahat. Suatu niat tersembunyi di dalam hati, yang sangat sulit untuk dideteksi. Hanya pelakunya dan Allah saja yang mengetahui, sehingga Nabi pun sebagai manusia bisa terkecoh juga.

Namun, sekalipun niat itu tersembunyi di dalam hati, tetapi buahnya akan dituai sesuai dengan lurus tidaknya niat itu. Barang siapa menabur angin, dia pasti akan menuai badai, barang siapa yang memiliki niat busuk, maka dia akan menerima akibat di belakang hari sesuai dengan yang diniatkan itu.

Ketika Rasulullah memerintahkan kepada sahabatnya untuk berhijrah, ada seorang laki-laki yang ikut berhijrah karena calon istrinya yang beriman juga berhijrah. Mengetahui hal ini, Nabi pun menyatakan barangsiapa berhijrah karena 'manusia', maka yang diraih pun hanya sebatas itu, dan tak akan pernah meraih pahala dari Allah. Dengan latar belakang peristiwa itu, Nabi bersabda, ''Setiap amal itu tergantung kepada niatnya.'' Oleh karena itu, berhati-hatilah dengan suasana hati kita, yang kadang-kadang tidak bisa kita kendalikan. Memang benar bahwa kita itu memiliki hati, namun kita tidak mungkin menguasai hati kita sepenuhnya, dan kepada kita diajarkan untuk berdoa: Ya, Zat yang Membolak-balikkan hati, berilah kami ketetapan hati! Wallahu a'lam.mr-hikmahrepublika.

Tidak ada komentar: