Rabu, 20 Agustus 2008

Kesenggol Berkah

Kesenggol Berkah

Oleh: Yuli Pujiardi

Rumah yang lebih baik, lebih dekat kantor, rasanya bisa lebih membahagiakan istri dan anakku. Begitu pikir sahabatku yang satu ini. Maklum, rumah yang ditinggalinya terlalu jauh dari kantor, membuatnya sampai di rumah terlalu malam. Maka, suatu ketika ia bicara pada sang istri.

“Dik, maukah kita punya rumah bagus dan lebih dekat dari tempat kerjaku. Aku tak lagi sampai di rumah terlalu malam dan anak-anak bisa kita temani belajarnya.” Sang istri cuma tersenyum manis sekali. Mengangguk pelan. “Kalau begitu, aku ingin sedekahkan rumah ini, agar Allah menggantinya dengan yang lebih baik.”

Sejenak mendengar itu, istrinya tidak tersenyum. Diam beberapa saat. Ia sama sekali tidak tahu, untuk hal-hal semacam itu, suaminya tak pernah bergurau. Rumah itu meski ukurannya tidak besar, baru saja mereka selesaikan cicilannya. Seperti tak sabar menanti jawaban sang istri, kawan saya itu bertanya lagi.

“Bagaimana, boleh nggak? Percayalah, Dik, Allah bakal ganti rumah mungil kita ini dengan rumah yang lebih baik” Nada bicaranya, perlahan tapi tegas, meyakinkan. Lagi-lagi, sang istri masih diam. Tak disangka, istrinya setuju. Ketika sang istri mengiyakan, mereka sedikit berdiskusi, untuk siapakah rumah itu. Tahu untuk siapa rumah itu? Mereka berdua setuju, rumah itu diberikan kepada orangtua sahabat saya. Ketika itulah, mereka menemui orangtua sahabat saya itu, karena orangtuanya masih mengontrak.

“Mah, rumah ini buat Mamah saja. Kami sementara sama-sama Mamah sampai punya rumah sendiri.” Sejak itu, orangtua sahabat saya, pindah rumah, di rumah yang diberikan anaknya.

Subhanallah, tak sampai sebulan setelah ikrar infak itu, kudengar ia telah membeli rumah senilai lebih dari Rp300 juta, atau hampir 10 kali lipat dari harga rumah yang ia sedekahkan. Kisah ini bukan fiktif. Hal itu dialami sahabat saya seorang amil di sebuah lembaga zakat terkenal di Jakarta.

Berkah zakat, juga dirasakan oleh para pengelola BMT Bringharjo, Hanya dengan modal awal Rp3 juta dari Dompet Dhuafa, lembaga keuangan itu tersebut telah berkembang menjadi salah satu lembaga keuangan syariah terbesar di Jogjakarta dengan asset sekitar 22 miliar rupiah. Tak hanya itu, sebagian besar pedagang binaannya maju, ditandai dengan kian tumbuhnya asset mereka.

Demikianlah, zakat, juga dana-dana amal lainnya yang tercurah penuh keikhlasan. Bagi muzakki keberkahan hartanya kian cemerlang. Hartanya tumbuh, berkembang, keluarganya harmonis. Bagi para mustahik, berkah atas zakat (infak, sedekah) terlihat dari mustahik yang usahanya juga kian baik. Artinya, berkah itu beredar di antara mereka yang bersinggungan langsung dengannya, baik penunainya, penerimanya, maupun lembaga pengelola dan semua pihak yang melancarkan aliran dana amaliyah ini.

Dengan itu, yakinlah, mereka yang terlibat di pusaran zakat muzakki, mustahik, amil, dan siapapun yang melancarkan ikhtiar di dalamnya akan kesenggol berkah. Semua merasakan hikmahnya. Bahagiakan mustahik yang masa depannya cerah dengan perolehan zakat (infak-sedekah) Anda, dan Anda pun akan bahagia telah menunaikan kewajiban (zakat) atau pangggilan nurani untuk beramal shaleh (infak-sedekah atau wakaf).

Sebulan lagi insya Allah kita akan bersua bulan suci Ramadhan, di mana muslimin Indonesia cenderung beramal dengan hartanya, dalam suasana mengisi Ramadhan penuh berkah ini. Semua berlomba mendamba keberkahan atas zakat, semua gembira menyambut Ramadhan sembari berharap kesenggol berkah Zakat. Amien.mr-republika

Tidak ada komentar: