Kamis, 14 Agustus 2008

Seruan Syekh Al-Oudah kepada Bin Ladin Ahmad Syafii Maarif

Seruan Syekh Al-Oudah kepada Bin Ladin Ahmad Syafii Maarif

Tidak lama pascatragedi 11 September 2001, saat gencar-gencarnya pers Barat menghantam Islam sebagai agama teror, tampillah Karen Armstrong membela agama ini melalui argumen yang sangat meyakinkan. Dalam kolom khusus dalam majalah Time dengan judul: The True, Peaceful Face of Islam.

Armstrong menulis: "Terdapat 1,2 miliar umat Islam di muka bumi, dan Islam adalah agama dunia yang paling cepat berkembang. Sekiranya pembunuhan keji yang baru kita saksikan pada 11 September adalah ciri khas agama ini, dan Islam benar-benar mengilhami dan membenarkan tindak kekerasan demikian itu, pertumbuhan dan kehadiran Muslim yang semakin marak, baik di Eropa dan di Amerika Serikat, akan merupakan sebuah prospek yang mengerikan. Untunglah, tidak demikian kasusnya."

Penulis perempuan Inggris ini dengan dalil-dalil Alquran dan fakta sejarah akurat, sampai kepada kesimpulan bahwa kekerasan bukanlah wajah Islam yang benar dan autentik. Wajah damai adalah jati diri Islam yang sesungguhnya. Dampak tulisan ini di kalangan Barat sangat besar dan positif. Secara berangsur, kemudian pers Barat tidak lagi menyamakan Islam dengan terorisme. Umat Islam di belahan Barat yang jumlahnya jutaan sungguh tertolong oleh artikel ini. Dan, semakin banyak saja orang Barat yang ingin tahu sosok Islam yang autentik itu. Siapa yang tidak berterima kasih kepada Armstrong yang pernah gagal menjadi biarawati di Vatikan?

Tujuh tahun berjalan sesudah September 2001. Dunia Islam diobrak-abrik pasukan neoimperialisme pimpinan Presiden George W Bush yang kemudian diberi gelar oleh rakyatnya sendiri sebagai 'penghancur'. Tetapi, di belahan lain, kaum fundamentalis dan garis keras segelintir Muslim dengan dalil-dalil agama yang diselewengkan, karena terpancing oleh perbuatan brutal Barat, telah terlibat dalam berbagai tindakan teror yang sungguh menodai wajah Islam yang damai. Jika teroris Bush adalah penghancur dalam skala besar, para teroris lainnya adalah perusak dalam skala sporadis, tetapi sangat menakutkan. Indonesia telah menjadi korban perbuatan mereka ini.

Alhamdulillah, manusia semakin sadar, teror tidak bisa dihentikan dengan teror, tetapi harus dicari jalan yang beradab untuk melawannya. Dalam kaitan inilah seruan Syekh Salman al-Oudah (Saudi), yang sangat dihormati bin Ladin menjadi sangat penting. Kita kutip: "Saudara Usamah, sudah berapa banyak darah yang tertumpah? Berapa banyak mereka yang tak berdosa di kalangan anak-anak, orang tua, si lemah, dan perempuan yang terbunuh dan telah kehilangan rumah atas nama Alqaidah?" (Lih kolom Christopher Dickey dan Owen Matthews, The New Face of Islam dalam NewsweekOnline edisi 9 Juni 2008).

Sarjana lain adalah Sayyid Imam al-Sharif (Mesir--yang sekarang masih dalam penjara) telah pula mengkritik keras perbuatan Alqaidah yang jauh menyimpang dari syariah: "Ada pihak yang telah membunuh ratusan manusia, termasuk perempuan dan anak-anak, Muslim dan non-Muslim atas nama jihad." Semua perbuatan itu, kata Sharif, tidak dapat diterima di mata Allah (Ibid). Sebagaimana yang saya tulis dalam Resonansi sebelum ini, kita berharap bahwa dunia akan semakin bebas dari teror. Teror negara yang dilawan oleh teror kelompok dan perorangan akan semakin berkurang.

Seorang Bush sedang bersiap menghadapi masa depannya yang semakin dicaci dunia akibat perbuatannya yang telah menghancurkan bagian-bagian penting peradaban. Berapa banyak kekayaan peradaban klasik Irak yang telah dicuri selama invasi, kita tidak tahu. Pengaruh bin Ladin juga sudah semakin menciut akibat tafsiran jihadnya yang telah membunuh banyak manusia yang tak berdosa. Baik Bush maupun bin Ladin sama-sama berada dalam kategori fundamentalisme sebagai musuh dunia beradab. Sayonara fundamentalisme!mr-resonasirepublika

Tidak ada komentar: