Jumat, 15 Agustus 2008

Razia Sultana Ratu Pertama di Dunia Islam

Razia Sultana Ratu Pertama di Dunia Islam

Masa kepemimpinan Razia Sultana berakhir dengan sebuah pengkhianatan. Ketika sang Sultana tengah meredam pemberontakan yang dilakukan gubernur di Lahore, sejumlah bangsawan Turki mengkhianatinya.

Kedudukan wanita di anak benua India pada abad ke-13 M cenderung terpinggirkan. Bahkan, di masa itu, politik, sastra, dan pen didikan masih menjadi sesuatu yang tabu bagi kaum hawa di negeri Hindustan.

Namun, keadaan itu mulai berubah seiring tampilnya seorang ratu Muslim (sultana) yang menduduki tahta Kesul tan an Delhi. Wanita penguasa yang menduduki tahta Dinasti Mamluk di Delhi itu bernama Razia Sultana.

Munculnya sultana—gelar bagi ratu di dunia Islam—ke pentas kekuasaan telah membawa semangat perubahan. Posisi perempuan yang sebelumnya terpinggirkan di masyarakat Hindu dan Muslim India, kini mulai diperhitungkan.

Sulta na yang memiliki nama kehormatan Ja lalat ud-Din Raziya itu terbukti mampu memimpin rakyat di daratan India, meski cuma selama 3,5 tahun.

Sepanjang 1236 M hingga 1240 M men duduki tahta Kesultanan Delhi, Ra zia Sultana sukses memimpin rakyat In dia yang terbentang dari Delhi di se belah timur hingga Peshawar di bagian barat serta Kashmir di belahan utara sampai Multan di arah selatan. Sejarah mencatat, di era kekuasaannya Razia Sultana mampu membangun Kesultanan Delhi menjadi kerajaan yang disegani.

Razia Sultana dikenal sebagai Muslimah penguasa yang mumpuni. Ia merupakan seorang pemimpin berbakat, bi jak, dan pemberani. Kemampuannya da lam mengatur pemerintah dan bertempur sama-sama hebatnya.

Razia Sultana juga merupakan seorang ksatria wanita yang sangat luar biasa. Maklum saja, se jak belia sang Ratu yang lincah dan enerjik itu sudah ditempa kemampuan bela diri dan berperang.

Strategi memimpin pasukan serta mengatur kerajaan juga dipelajarinya. Atas dasar kompetensi serta kualitas kepemimpinannya itulah, sang ayah Shamsuddin Iltutmush (1211 M - 1236 M)—Sultan Delhi ketiga yang berasal dari Dinasti Mamluk—mengangkat sang putri sebagai pewaris tahta. Sebenarnya, Iltutmush memiliki putra mahkota bernama Ruknuddin Firuz (1236 M).

Namun, kompetensi dan kualitas Ruk nuddin sebagai putra mahkota dinilai sang ayah tak mumpuni untuk melanjutkan kekuasaan. Sultan Iltutmush su dah mulai mengasah bakat kepemim pin an Putri Razia sejak dirinya masih hi dup. Ketika Iltutmush meninggalkan ibu kota pemerintahan untuk sebuah perja lanan, Putri Razia diminta mengambil alih tanggung jawab kekuasaan untuk sementara.

Sesaat sebelum meninggal, sang ayah berwasiat agar tahta kesultanan digantikan putrinya. Wasiat itu dilang gar Ruknuddin. Saudara lelaki Putri Razia ini langsung mengambil alih kekuasaan ketika Sultan Iltutmush tutup usia pada 29 April 1236 M. Namun, tampilnya Ruk nuddin menuai penolakan dari rak yat Delhi. Mereka menginginkan agar Putri Razia yang menjadi pemimpin mereka.

Kekuasaan Ruknuddin yang tanpa restu itu hanya bertahan selama tujuh bu lan. Putri Razia dengan dukungan pe nuh rakyat Delhi akhirnya mampu me rebut tahta kesultanan, setelah menga lahkan saudaranya dalam sebuah perang saudara. Rakyat Delhi pun dengan penuh suka cita menyambut tampilnya seorang sultana. Razia Sultana naik tahta pada tahun 1236 M.

Razia Sultana pun membuat gebrakan dengan sistem pemerintahannya yang efi sien. Salah satu pencapaian sang Sul tana adalah berhasil menyelesaikan pem buatan hukum dan aturan di wila yah kekuasaannya.

Pembangunan di wi layah Kesultanan Delhi pun menggeliat. Ia memperbaiki beragam infrastruktur di negeri yang dipimpinnya. Ia mem b a ng un jalan untuk sarana transportasi.

Selain itu, penggalian sumur-sumur dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air bersih rakyat Delhi.

Pembangunan berbagai infrastruktur itu pun membuat roda perekonomian dan perdagangan mulai berputar.

Razia Sultana pun memiliki kepedulian untuk mencerdaskan rakyatnya. Hal itu dibuktikan dengan dibangunnya berbagai sekolah dan perpustakaan. Perkembangan kesenian dan kebudayaan juga disokongnya. Bahkan, Razia Sultana pun turut berkontribusi mendukung aktivitas para penyair, pelukis, dan musisi. Saat itu, Kesultanan Delhi menorehkan kemajuan yang terbilang pesat. Semua itu berkat kepemimpinan Razia Sultana yang begitu kuat. Razia Sultana yang kerap turun memimpin pasukannya di medan perang selalu mengenakan busana yang maskulin.

Razia Sultana lahir pada tahun 1205 M. Ia adalah keturunan bangsa Seljuk Turki yang berkuasa di wilayah Delhi. Ia merupakan penguasa kelima Dinasti Mamluk di anak benua India. Di era kejayaan Islam, secara bergantian muncul kerajaan Muslim di wilayah itu. Kerajaan-kerajaan Muslim itu dinamakan Kesultanan Delhi. Dinasti-dinasti Islam yang pernah berkuasa di negeri Hindustan itu, antara lain Mamluk (1206 M - 1290 M), Khilji (1290 M - 1320 M), Tughlaq (1320 M - 1413 M), Sayyid (1414 M -1451 M), serta Lodhi (1451 M - 1526 M).

Masa kepemimpinan Razia Sultana berakhir dengan sebuah pengkhianatan. Ketika sang Sultana tengah meredam pemberontakan yang dilakukan gubernur di Lahore, sejumlah bangsawan Turki mengkhianatinya. Kursi ke kuasaannya diambil alih saudara laki-lakinya bernama Bahram.

Untuk mengambil alih kembali tahtanya, Razia Sultana menikah dengan Gubernur Bhatinda, Malik Altunia. Ia bersama suaminya lalu kembali ke Delhi. Razia Sultana beserta suaminya tutup usia pada 13 Oktober 1240 M, dibunuh Bahram dalam perjalanan ke istana kesultanan. Razia Sultana hingga kini dikenang sebagai penguasa perempuan yang berhasil di India pada abad ke-13 M.

Sejatinya, Razia Sultana bukanlah satu-satunya Muslimah yang memimpin sebuah negara atau kerajaan. Di Mesir, seorang Muslimah bekas budak yang berasal dari bangsa Turki bernama Sha jarat al-Durr pada 2 Mei 1250 M men jadi penguasa Dinasti Mamluk yang juga bergelar sultana. Selain itu, ada pula Sultana Aisha yang memimpin kerjaan Touggourt di wilayah Aljazair.

Bahkan, di Aceh, terdapat lima sultana yang sempat memegang kekuasaan. Kelimanya adalah Sultana Seri Ratu Nihrasyiah Rawangsa Khadiyu (1400 M-1427 M), penguasa Pasai; Sultana Seri Ratu Ta’jul Alam Sya fiatuddin Syah (1641 M - 1675 M), putri Sultan Iskandar Muda; Sultana Seri Ratu Nurul Alam Naqiatuddin Syah (1675 M - 1678 M), putri Sultana Syafiatuddin; Sultana Seri Ratu Zakiatuddin Inayat Syah (1678 M - 1688 M); serta Sultana Seri Ratu Ka malat Syah (1688-1699).


Warisan Sang Sultana

Razia Sultana membuat sederet kebijakan penting ketika memimpin Kesultanan Delhi (1236 M - 1240 M). Salah satu keputusan yang dibuatnya adalah membebaskan non- Muslim, yakni penganut agama Hindu dari kewajiban membayar pajak. Razia Sultana sangat teguh dengan kebijakannya itu meski sejumlah bangsawan di Istana Kerajaan Mamluk menentangnya.

Keputusan itulah yang membuat kepemimpinan Razia Sultana mendapat dukungan penuh dari semua umat beragama di Delhi, ketika itu. Selain itu, Razia Sultana juga membuat keputusan mengangkat warga India Muslim menjadi pegawai atau pejabat di istananya. Lagi-lagi, terobosan kebijakan yang diambilnya menuai protes dari para bangsawan.

Dinasti Mamluk yang berkuasa di Delhi didominasi oleh keturunan bangsa Seljuk Turki. Selain itu, Razia Sultana juga mengembangkan toleransi dalam menjalankan agama. Ia menghormati kebebasan rakyat Delhi yang menganut agama Hindu. Saking terlalu tolerannya terhadap penganut agama Hindu, Razia Sultana mendapat kritik dari para sejarawan Muslim.

Para penguasa Kesultanan Delhi memang terbilang toleran terhadap penganut Hindu untuk menjalan kan keyakinannya. Sikap pe nguasa Mus lim yang dianggap ter lalu toleran itu dipandang seba gai sebuah kelemahan oleh penguasa Muslim lainnya yang ber kuasa di Sa markand.

Pada tahun 1398 M, Timur Lenk penguasa Dinasti Timur melaku kan ekspedisi penaklukan keIndia. Saat itu, India tengah dikuasai kerajaan Islam bernama Dinasti Tughlaq yang dipimpin Sultan Na sirudin Mah mud. Timur mendengar Sultan Delhi Muslim itu terlalu toleran dan bersikap lemah terhadap masyarakat Hindu.

Warisan Razia Sultana untuk peradaban adalah dengan men dirikan sekolah-sekolah, aka demi, pusat penelitian, serta per pustakaan umum. Razia Sul tana memerintahkan agar seko lah dan akademi yang ada di wilayah kekuasaannya tak hanya mempelajari Alquran dan Hadis, namun juga mengkaji sains, filsafat, sastra, dan astronomi yang dikaji umat Hindu.

Selain mengembangkan aktivitas intelektual, Razia Sultana juga menjadikan Delhi sebagai kota perdagangan. Tak heran, jika pada masa kekuasa annya Dinasti Mamluk di Delhi sudah memiliki uang koin tersendiri. Hal itu menandakan, Kesultanan Delhi memiliki pengaruh yang besar secara ekonomi.

Ia tak pernah mau disebut Sultana. Sebab, menurutnya, Sultana adalah panggilan untuk istri sultan. Ia hanya mau dijuluki sebagai sultan. Salah satu bukti eksistensi dan kiprahnya sebagai seorang sultana yang hebat, peradaban modern bisa menyaksikan makam Razia Sultana yang terletak di Bulbul-ikhana, Shahjahanabad, dekat gerbang masuk Turkman.

Di abad ke-13 M, tempat dimakamkannya Razia Sultana adalah hutan
rimba. Tak ada yang tahu bagaimana Razia Sultana dikuburkan di tempat itu. Di tempat itu juga terdapat makam lain nya yang dipercaya sebagai kuburan adik perempuan Razia Sultana bernama Shazia. Umat Islam yang tinggal di wilayah itu memindahkan bagian dari makam itu ke dalam Masjid. Meski begitu, ada pula yang mengklaim bahwa makam Razia Sultana terdapat di kota Kaithal, Provinsi Haryana.mr-republika

Tidak ada komentar: