Kamis, 28 Agustus 2008

Ciptakan Kesalehan Sosial

Ciptakan Kesalehan Sosial
Jadikan Puasa sebagai Momentum untuk Pengendalian Diri

Umat Islam selalu diingatkan untuk menjadi individu yang saleh. Namun, kesalehan individu itu tidak cukup. Karena itu, ada perintah untuk mengamalkan perbuatan dalam wujud kesalehan sosial. Kesalehan sosial akan melengkapi kesalehan individual yang dalam beberapa hari ke depan akan dilatih selama bulan puasa atau Ramadhan.

Sekretaris Jenderal Departemen Agama Bahrul Hayat mengemukakan hal itu di Jakarta, Kamis (28/8), di depan jemaah pengajian di Depag. Bahrul menyampaikan hal itu sebagai pesan menjelang bulan puasa. Pemerintah akan menetapkan awal Ramadhan dalam sidang isbat, Minggu. Pimpinan Pusat Muhammadiyah sudah menetapkan puasa dimulai Senin mendatang.

Menurut Bahrul, kesalehan sosial dibangun juga dalam bentuk hubungan manusia dan makhluk hidup di luar manusia, termasuk alam sekitar. Artinya, hubungan keserasian itu tak hanya dibangun antarmanusia, tetapi juga semua hal yang melingkupi kehidupan manusia.

”Bagi kalangan Muslim, cukup banyak perintah tentang bagaimana memelihara lingkungan dan alam sekitar untuk kebaikan manusia itu sendiri. Salah satu kebaikan itu agar kita bisa mewariskan kepada generasi pada masa yang akan datang kehidupan yang lebih damai, dan lingkungan yang makin nyaman untuk ditinggali,” ujarnya.

Bahrul mengakui, bulan Ramadhan adalah kesempatan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta kualitas individu. Namun, di dalamnya tetap memiliki pesan sosial yang harus dikerjakan setiap Muslim.

”Di ujung Ramadhan, setiap Muslim selalu diingatkan untuk menolong saudaranya, memberikan zakat dari yang mampu kepada mereka yang membutuhkan,” ujarnya. Pemberian zakat juga merupakan wujud solidaritas sosial dan wujud rasa syukur atas segala nikmat dan rezeki.

Menurut Bahrul, tuntunan untuk berbuat baik dan kepedulian kepada orang di sekitar juga ada dalam ajaran Islam. ”Tinggal lagi, bagaimana kita menerapkan ajaran kepedulian kepada orang di sekitar kita ini menjadi kenyataan, dan bukan sekadar ajaran di atas kertas,” ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Dharma Wanita Depag Ita Bahrul Hayat memberikan bantuan pendidikan kepada siswa berprestasi yang ayah atau ibunya bekerja di lingkungan Depag.

Sekretaris Komisi Pengkajian dan Pengembangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Amirsyah Tambunan mengatakan, Ramadhan memang bisa dijadikan sebagai momentum untuk pengendalian diri.

”Dengan kemampuan pengendalian ini, segala yang merusak bisa dikendalikan sehingga kita bisa memunculkan jati diri dan integritas diri. Kalau ini bisa dipelihara, maka akan menjadi semangat sosial,” ujarnya.

Dengan integritas diri itu, menurut Amirsyah, akan menjadi modal utama untuk membangun kemandirian baik umat maupun bangsa. Itu sebabnya, Ramadhan jangan sekadar dijadikan sebagai ibadah ritual atau sekadar menunaikan kewajiban, tetapi sebagai kebutuhan.mr-kompas

Tidak ada komentar: