Minggu, 21 September 2008

Menapaki Jejak Islam di Kudus

Menapaki Jejak Islam di Kudus

Mesjid Menara Kudus
/Wilayah Pantura Timur dari Demak-Kudus hingga ke arah Jawa Timur dikenal sebagai daerah yang pernah disinggahi para Walisongo untuk penyebaran agama Islam.

Tak heran, jika budaya dan sisa-sisa peninggalan sejarah Islam masih ada. Bahkan, banyak suri tauladan yang patut dicontoh oleh penyebar agama Islam tersebut.

Seperti halnya di Kota Kudus, terdapat makam Sunan Muria dan Sunan Kudus, sebagai penyebar agama Islam yang sampai sekarang makamnya banyak dikunjungi peziarah.

Adanya dua tokoh penyebar Islam ini, masih meninggalkan kisah dan artefak kebudayaan Islam yang dapat dijumpai di sejumlah tempat di Kudus. Wilayah ini akhirnya mendapat julukan yang melekat dibanding kota lain, yakni sebagai kota santri.

Terlebih lagi, nama kota di Jawa yang berasal dari bahasa arab ternyata hanya Kudus. Diambil dari kata "Alquds" yang berarti tempat suci.

Sunan Kudus atau Ja’far Shadiq sendiri sampai sekarang masih meninggalkan sisa-sisa kebudayaan yang dapat dilihat dan kebiasaan yang masih banyak dipegang oleh warga asli Kudus, terutama di Kudus Kulon, di lokasi sekitar Masjid dan Menara Sunan Kudus.

Sunan Kudus juga dikenal sebagai seorang wali yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap agama lain, Hindu yang kala itu cukup berkembang.

Adapun kebiasaan Sunan Kudus hingga kini masih dijadikan panutan hidup adalah berdagang. Namun, hingga sekarang belum diketahui secara jelas sunan yang merupakan anak Raden Usman Haji yang bergelar Sunan Ngudung Di Jipang, Panolan Blora dan yang dilahirkan pada abad XV (Ensiklopedia Islam, 1985) tersebut berdagang apa.

Sejumlah kalangan berpendapat, berdasarkan cerita turun-temurun, kebiasaan berdagang berawal dari kebiasaan sunan.

Menurut Ketua Yayasan Masjid dan Menara Sunan Kudus (YMMSK), Em Nadjib Hassan, hingga kini belum diketahui usaha dagang yang dijalani Sunan Kudus, karena memang belum ada kajian yang komprehensif (riwayat) Sunan Kudus. "Saat ini masih menjadi kontroversi," katanya.

Kata Nadjib, sejak dulu masyarakat Kudus memang dikenal sebagai seorang pedagang. Bukti masyarakat Kudus sebagai pedagang dapat dilihat pada daerah bernama Kampung Kudusan di Lumajang Jawa Timur. Hal demikian, terjadi pada pedagang yang menjual barang dari daerah lain yang mendapat julukan "Blayar".

Apalagi, status sosial pedagang waktu itu memang lebih tinggi jika dibandingkan dengan seorang pegawai pemerintahan, karena pegawai masih dipandang sebagai seorang yang dekat dengan dengan kolonial. "Hingga sekarang masih banyak orang tua yang mengancam anaknya yang nakal, akan menikahkan dengan pegawai. Orang tua lebih memilih menantu seorang pedagang daripada pegawai," jelas Nadjib.

Kebiasaan kehidupan Islami yang kental pun saat ini masih bisa terlihat. Tidak ada salahnya Kudus juga bisa dikatakan sebagai kota Santri, bukan hanya kota Kretek.

Sebab, menjelang Maghrib, di ruas jalan wilayah Kudus Kulon akan terlihat lengang dan tidak ada warga yang lalu lalang. "Jika ada yang keluar, biasanya para santri dan warga yang menunaikan Sholat," katanya.

Ditegaskannya, pada malam hari tidak ada perempuan yang akan keluar malam. "Kalaupun ada yang terlihat sampai pukul 01.00 WIB, karena pulang dari pengajian," katanya.

Kehidupan Islami ini juga nampak ketika para perempuan akan ditempatkan di bagian rumah yang dipisahkan dengan anyaman bambu untuk menutupi dari pandangan yang bukan muhrimnya.

Hanya saja, masih banyak yang salah kaprah soal gadis pingitan yang tidak boleh ke luar rumah. Padahal, gadis dipingit artinya menerapkan nilai-nilai Islam, sehingga seorang gadis tidak sembarangan ke luar rumah, untuk menghindari non muhrim.

Selain itu, kehidupan Islami juga tercermin pada perusahaan rokok seperti merek Djambu Bolan dan Sukun yang masih meliburkan buruhnya pada hari Jumat.

Peninggalan Sunan Kudus yang besar adalah menanamkan rasa keagamaan dan berkomitmen tinggi terhadap Syariat Islam. Sunan Kudus berharap umat Islam harus mandiri dan memiliki jiwa kewirausahaan.

Semasa hidupnya juga tidak eksklusif dan sangat akulturatif dengan perkembangan budaya agama Hindu yang saat itu cukup berkembang.

Hal ini tercermin pada bangunan menara di sebelah Masjid Sunan Kudus, untuk mengumumkan acara penting keagamaan.

Menara ini memiliki ketinggian 15 meter yang berbahan dasar batu bata, sirap, dan semen. Melalui inskripsi pada salah satu bagian rangka atap menara pendirian Menara Kudus, menunjukkan angka tahun 1609 jawa atau 1687 masehi. Menara Sunan Kudus mengadopsi kebudayaan Hindu yang diisi nilai-nilai Islami.

Selain itu, warga Kudus juga memiliki pantangan tersendiri yang dijaga turun-temurun untuk tidak menyembelih sapi, sebagai simbol hewan yang dikeramatkan Agama Hindu.mr-kompas

Jumat, 19 September 2008

Melacak Warisan Islam di Tiongkok

Melacak Warisan Islam di Tiongkok

Sebuah kabar tak sedap berembus dari Negeri Tirai Bambu. Umat Islam di Xinjiang--sebuah daerah otonom yang berbatasan dengan Tibet--dilarang otoritas Cina untuk menunaikan shalat Tarawih berjamaah di bulan Ramadhan. Tak cuma itu, mengunakan jilbab bercadar dan sorban pun menjadi hal terlarang bagi delapan juta umat Muslim Uighur yang tinggal di wilayah barat daya Xinjiang, Republik Rakyat Cina (RRC), itu.

Perlakuan diskriminatif terhadap umat Islam itu tentu saja sungguh sangat tak adil. Padahal, umat Islam yang tinggal di negeri itu sejak abad ke-7 M telah menyumbangkan sederet warisan penting bagi peradaban bangsa Cina. Sejarah mencatat, Islam yang dikenal sebagai Yisian Jiabao (agama yang murni) juga telah memberi pengaruh dalam kehidupan masyarakat Tiongkok yang multietnis.

Peradaban Islam di Cina mulai memiliki pengaruh yang kuat dalam berbagai aspek kehidupan pada era kekuasaan Dinasti Mongol Yuan (1274 M-1368 M). Dikuasainya sebagian besar wilayah Eurasia pada abad ke-13 M telah membawa dampak yang luas bagi tradisi Cina dan Persia. Ketika itu, dua peradaban berbaur menjadi satu dalam satu kekaisaran.

Penguasa Dinasti Mongol Yuan mengangkat status imigran Muslim menjadi Cina Han. Dinasti Yuan pun mendatangkan ratusan ribu imigran Muslim dari wilayah Barat dan Asia Tengah untuk memperluas wilayah dan pengaruh kekaisaran. Di era itulah, umat Islam memberi pengaruh yang begitu besar dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat Cina.

Anthony Garnaut, seorang pakar hubungan antara Cina dengan kebudayaan Islam dalam tulisannya berjudul,The Islamic Heritage in China: A General Survey, memaparkan sumbangan Islam di negeri itu. ''Islam telah memberi pengaruh yang cukup besar dalam teknologi, ilmu pengetahuan, filsafat, dan seni di Cina,'' papar Garnaut.

Menurut Garnaut, salah satu pengaruh umat Islam yang paling tampak di Cina adalah dalam bidang arsitektur. Peradaban Islam banyak memberi warna dalam motif hiasan serta kaligrafi. Menurut catatan sejarah, bangunan masjid pertama kali dibangun pada abad ke-7 M di era kekuasaan Dinasti Tang (618 M-907 M). Uniknya, arsitektur bangunan masjid ini mengikuti arsitektur tradisional Cina.

Paling tidak ada tiga jenis arsitektur masjid di dataran Cina. Di bagian barat Cina, arsitektur masjid menggunakan elemen-lemen seperti yang digunakan di bagian dunia yang lain. Salah satu cirinya; memiliki menara dan kubah. Namun, di belahan timur Cina, bangunan masjid justru tampak seperti pagoda. Sedangkan di barat laut Cina, masjid Muslim Uighur memadukan arsitektur Timur dan Barat.

Saat ini, tak kurang terdapat 45 ribu masjid di Cina. Lima masjid yang paling populer di antaranya; Masjid Niujie yang berada di Beijing dibangun pada 996 M; Masjid Huaisheng di Guangzhou; Masjid Kowloon dan Islamic Center di Kowloon, Hong Kong, dibangun pada 1896; Masjid Id Kah di Kashgar Xinjiang; serta Masjid Agung Xi'an di Xi'an, Shaanxi. Arsitektur bangunan masjid di Cina dikenal dengan keindahannya.

Peninggalan Islam lainnya yang masih bertahan di negeri Tiongkok itu adalah makam dua dari empat sahabat Rasulullah SAW yang berada di kaki Gunung Lingshan. Tempat itu dikenal sebagai "Makam Suci" tempat Sa-Ke-Zu dan Wu-Ko-Shun, dua sahabat Nabi Muhammad, dimakamkan. Mereka adalah orang pertama yang menyebarkan agama Islam di Cina. Hingga kini, makam itu masih tetap terpelihara.

Salah satu jasa penting peradaban Islam lainnya di era kekuasaan Dinasti Yuan adalah pembangunan kota bernama Khanbaliq. Kota itu dibangun oleh para seniman dan insinyur serta tukang batu yang didatangkan dari negeri-negeri Islam di Asia Tengah. Selain itu, seorang insinyur Muslim bernama Amir al-Din juga tercatat telah mendesain Pulau Qionghua kini berada di sekitar danau Taman Beihai di pusat Kota Beijing.

Peradaban Cina juga mengenal tulisan indah yang dikenal di dunia Muslim sebagai kaligrafi. Seni menulis indah khas Islam itu di Cina dikenal dengan nama Sini. Karya-karya Sini itu banyak digunakan di masjid-masjid yang berada di timur Cina. Seniman kaligrafi Sini terkemuka bernama Hajji Noor Deen Mi Guangjiang.

Selain itu, peradaban Islam sempat memegang peran penting dalam pemerintahan di negeri Tirai Bambu. Di era kekuasaan Dinasti Ming, umat Muslim pun masih memiliki pengaruh yang kuat di lingkaran pemerintahan. Pendiri Dinasti Ming, Zhu Yuanzhang, adalah jenderal Muslim terkemuka, termasuk Lan Yu Who. Pada 1388 M, Lan memimpin pasukan Dinasti Ming dan menundukkan Mongolia. Tak lama setelah itu, muncul Laksamana Cheng Ho--seorang pelaut Muslim andal.

Menurut Garnaut, perdaban Islam juga telah memberi pengaruh dalam dunia kedokteran Cina. Umat Islam di negeri itu telah memelopori pendirian rumah sakit pertama, hu yah wo yuan, pada 1277 M. Selain itu, buku kedokteran Cina yang direvisi pada era kekuasaan Dinasti Song pada 1056 M dan 1107 M banyak mengambil dari buku kedokteran yang ditulis Ibnu Sina.

Yang tak kalah penting, Islam pun cukup dominan memengaruhi seni kuliner Cina yang dikenal dengan aneka masakannya yang lezat. "Makanan halal yang bisa diterapkan umat Islam sejak dahulu masih cukup berpengaruh," papar Garnaut, ilmuwan alumnus Australian National University, di Melbourne itu.

Dalam bidang seni kuliner, masakan halal tak terlalu sulit untuk ditemukan di kota-kota besar di Cina. Sebab, banyak restoran maupun tempat makan di Cina yang dikelola orang Muslim. Bahkan, sudah ada provinsi yang mengeluarkan sertifikat makanan beku yang halal, yakni dari Provinsi Jiangsu.

Garnaut juga memaparkan bahwa budaya menulis juga merupakan salah satu warisan peninggalan peradaban Islam di daratan Cina. Aneka macam peninggalan budaya itu masih bertahan hingga sekarang. Dalam bidang astrologi dan astronomi, peradaban Islam juga sangat besar pengaruhnya di Cina.

Prof Li Hua Ying dalam tulisannya bertajuk, ,Islamic Heritage of Muslims in China menambahkan, pada abad ke-17 M, Islam masih memberi pengaruh yang besar bagi masyarakat di daratan. "Umat Muslim bersama dengan suku Han telah membantu Cina pada masa-masa senang dan susah," papar Prof Li. Umat Islam, papar Li, juga telah turut berjasa mewujudkan perdamaian di wilayah perbatasan.

Prof Li juga menilai, umat Islam di Cina pada abad ke-17 M juga sangat berjasa memperbaiki perekonomian dan mengembangkan pengetahuan keagamaan. Pada era itu, buku-buku Islam tentang linguistik, filsafat, fikih, akhlak, sejarah, dan pemikiran serta tradisi Cina dalam bahasa klasik Han begitu banyak diterbitkan.

"Penulis seperti Ma Chu (1640 M-1711 M), Leo Tse (1660 M-1730 M), dan Chang Chung (1584 M-1670 M) dengan produktif menghasilkan karya-karyanya, tak hanya menerjemahkan dari bahasa Arab dan Persia," ungkap Prof Li. Buku-buku Islami itu lalu disinkronisasi dengan sistem pengajaran dan filosofi Confucius. Para sarjana Muslim seperti Wang Dai Yu dan Liu Tsi di era kekuasaan Dinasti Ming dan Chen, telah memberi pengaruh pada pemikiran filasafat Cina

Kamis, 18 September 2008

Seperti Tidak Ada Kematian


Karya: Setiyo Bardono

Hujan deras semalaman, menyisakan gerimis yang membuat pagi seakan enggan beranjak. Suasana akhir pekan membuat beberapa penduduk kampung memiliki lebih banyak alasan untuk merapatkan selimut mimpinya. Apalagi tidak ada suara serak dari speaker musholla yang menyerukan berita penting.

Sepertinya memang tak ada alasan bagi beberapa orang untuk segera beranjak dari tempat tidur. Bahkan ketika istri-istri mereka yang baru saja pulang belanja di warung sebelah mengabarkan sebuah berita kematian.
"Bayi Bu Sari meninggal dunia."
"Innalillahi... Bu Sari siapa?"
"Itu lho yang ngontrak di belakang rumah Pak Jajang."
"O..."
“Coba tengokin Pak, kasihan kan…”
“Ibu saja deh…”

Berita kematian itu tetap membuat pagi seakan enggan beranjak. Hujan deras semalaman seperti telah menghanyutkan aroma kematian itu jauh memenuhi empang besar di sudut kampung yang hanya berisi sampah, ikan mujahir hitam dan sapu-sapu. Tapi hujan deras sepertinya tidak mampu menghapus duka yang memenuhi kamar kontrakan seluas 2 x 4 meter di belakang rumah Pak Jajang.

Duka itu tersimak dari pembicaraan tiga orang yang berada di beranda rumah Pak Jajang. Sebuah rekontruksi kematian meluncur terisak dari mulut Bu Jajang.

Duka itu berawal dari ketukan pintu yang begitu menghiba di tengah malam. Bu Sari yang sedang hamil 8 bulan merasakan perutnya mual-mual. Suaminya yang sedang mencari pinjaman uang belum juga kembali. Pak Jajang segera memanggil Mak Icih, dukun beranak langganan kampung Cinangka. Kepiawaiannya menolong persalinan ternyata tidak cukup berarti kali ini. Bayi itu ternyata telah meninggal dalam kandungan. Setelah salah satu lengannya merogoh ke dalam rahim, Mak Icih berhasil mengeluarkannya.

"Kepalanya pecah, darahnya banyak sekali. Darah itu..."
Rekontruksi berhenti mendadak. Tubuh Bu Jajang tiba-tiba terkulai lemah. Pak Jajang segera membopongnya ke dalam rumah. Sepertinya peristiwa malam itu begitu dalam membekas di benak perempuan tua itu.
--- oOo ---

"Suaminya mana...."
Pak Sukri segera menghampiri Pak RT yang datang dengan tergopoh-gopoh.
"Kamu cari papan atau bambu untuk menutup lubang kuburan."
Tubuh Pak Sukri yang tergesa menghilang tiba-tiba kembali lagi dengan sebuah pertanyaan.
"Cari bambu di mana ya?"
"Coba ke rumah Bang Japrak. Itu yang rumahnya dekat rumah Pak RW."
"Kalau rumah Pak RW dimana?"
Pak RT menghela nafas panjang.
"Di belakang musholla atas. Tanya saja di sana."
Petunjuk itu segera melesatkan tubuh Pak Sukri.
"Gimana Te..," tanya Pak Jajang.
"Sudah beres. Tinggal ngubur saja...."

Pak RT membuka kopiah dan menggunakannya sebagai kipas untuk menghalau keringat yang membasahi tubuhnya.
“Kalau bukan karena Mang Ujang, saya sudah angkat tangan. Kartu Keluarga dia nggak punya. Tinggal di sini juga nggak pernah laporan sama saya.”

Mang Ujang adalah satu-satunya penduduk kampung yang mengakui keluarga Pak Sukri sebagai saudaranya. Entah saudara dari mana, tetapi keberadaan Mang Ujang sebagai salah satu tokoh masyarakat, membuat Pak RT mau tidak mau harus turun tangan.
“Sebagai pemilik kontrakan saya sudah sering menyuruhnya untuk lapor ke Pak RT, tapi dia selalu bilang nanti saja kalau ada waktu…”. Suara Pak Jajang seperti sebuah pembelaan.
Beberapa orang ibu-ibu terlihat hilir mudik melayat. Letak kontrakan Pak Sukri yang ada di sebelah rumah, membuat mereka mau tak mau harus melewati beranda rumah Pak Jajang.
“Tadi pagi saya dan Mang Ujang mati-matian membujuk Pak Haji agar mau memberi sedikit tempat untuk menguburkan bayi itu di pemakaman.”
Kata-kata Pak RT seperti meminta sebuah perhatian. Pak Haji yang dimaksud adalah Haji Sabeni yang bertanggung jawab penuh atas segala kegiatan di lahan pemakaman Kampung Cinangka. Orang yang akan dikubur di lahan itu harus terdaftar di Kartu Kuning, yang bisa didapatkan oleh Kepala Keluarga dengan membayar Rp100.000.

Haji Sabeni selalu memegang teguh peraturan tersebut. Kewibawaannya bisa terancam bila mengijinkan sembarang orang yang meninggal untuk dikubur di pemakaman itu. Tapi sekali lagi, keberadaan Mang Ujang sebagai salah satu tokoh masyarakat Kampung Cinangka harus juga diperhitungkan oleh Haji Sabeni. Sepertinya sudah terjadi sebuah kompromi.
“Untung ada jaminan dari Mang Ujang bahwa Pak Sukri adalah benar-benar keluarganya. Kalau tidak, saya juga angkat tangan.”
Kesigapan Pak RT yang terkenal piawai dalam mengatasi berbagai persoalan kembali diuji dalam menangani masalah ini. Sepertinya seorang RT memang harus mempunyai slogan Mampu Mengatasi Masalah Tanpa Masalah.
“O ya, saya harus segera memberitahu Pak Ustad untuk mensholatkan jenazah. Kabarnya siang nanti dia mau kondangan ke luar kota.”

Pak RT kembali tergesa meninggalkan beranda rumah Pak Jajang. Dari dalam rumah terdengar teriakan Bu Jajang yang rupanya sudah siuman.
“Dayat! Cepat bangun. Ada bayi meninggal malah tidur melulu. Sebentar lagi mau diangkat… bantuin gih..”
--- oOo ---

Semua benda yang ada dalam ruangan 2 x 4 meter itu khusyuk mengikuti setiap lafal dan gerakan Pak Ustad. Pak RT dan Dayat, anak Pak Jajang menjadi makmum yang tertatih mengikuti gerakan sholat jenazah. Di atas selembar kasur lepek yang menyita hampir setengah ruangan, berbaring lemah Bu Sari dengan berlinangan air mata memandangi jasad bayinya yang terbungkus rapat selendang batik.
“Pak Ustad, terima ini sebagai syarat…”
Seorang perempuan menyodorkan selembar amplop kepada Pak Ustad setelah menyelesaikan sholat jenazah.
“Wah, nggak usah repot-repot, ini sudah kewajiban kita sebagai sesama muslim,” kata Pak Ustad sambil mengantongi selembar amplop tersebut.
Begitu kaki mereka keluar pintu, Pak Sukri langsung menyambutnya.
“Saya harap Bapak tabah dan ikhlas menghadapi cobaan ini. Bayi lahir sebagai makhluk yang suci. Insya Allah anak Bapak akan masuk surga…”
Wejangan Pak Ustad menjadi butiran air mata yang mengalir perlahan di kedua belah mata Pak Sukri.
“Setiap habis sholat, tolong kirim doa dan Al Fatihah untuk anak Bapak.”
“Terima kasih Pak Ustad.”
Pak Sukri menyalami dan mencium telapak tangan Pak Ustad.
“Sekarang jenazah sudah bisa dibawa ke pemakaman…. Maaf, saya tidak bisa ikut mengantarkannya karena ada keperluan yang tidak bisa ditinggalkan.”
--- oOo ---

Siang itu sepanjang jalan menuju pemakaman, penduduk kampung Cinangka menjumpai perjalanan jenazah menuju pemakaman tanpa arak-arakan. Pak Sukri membopong jenazah anaknya dengan dada dipenuhi dengan berjuta beban. Di sampingnya, tampak Dayat mengikutinya sambil memayungi jenazah dengan payung kecil hitam. Pak RT mengikuti mereka dari kejauhan .
Orang-orang kampung yang melihat dua orang pengantar jenazah itu tak bisa menyembunyikan perasaan yang dipenuhi tanda tanya. Sementara sejumlah anak kecil berseragam merah putih segera lari menghindar.
Ketika melewati jalan aspal, dari kaca mobil yang kebetulan melintas terlontar beberapa uang recehan. Seorang ibu muda berkacamata hitam melongok dari jendela sedan BMW-nya.
“Anak Bapak, ya…”
--- oOo ---

Di permakaman, wangi bunga Kamboja dan kerentaan dua orang penjaga sudah menunggu. Melalui beberapa kelokan di dalam pemakaman sampailah mereka pada sebuah lubang tanah yang siap menerima jenazah yang suci dan tak berdaya itu.
“Bambunya sudah datang apa belum?” Tanya Pak RT yang segera bergabung dengan mereka.
“Tahu nih, kok belum datang juga ya..”

“Udah pakai ini saja… Nanti ditukar saja pakai bambu-bambu itu. Tak baik jenazah harus menunggu lama-lama” Salah seorang penjaga muncul dengan membawa dua buah papan penanda kuburan yang tidak sudah tidak terpakai.
“Lebih afdhol kalau Bapaknya sendiri yang turun,” kata salah seorang penjaga.
“Tolong semua talinya di lepas dan mukanya dihadapkan ke arah kiblat. Pastikan mukanya benar-benar mencium tanah”
Pak Sukri menjalani instruksi itu dengan terbata-bata. Sepertinya dia sulit menemukan muka bayinya yang sudah remuk. Seremuk hatinya ketika harus meletakkan bulatan-bulatan tanah untuk menyangga posisi jenazah. Tapi bagaimanapun juga ia harus mengikhlaskannya ketika papan itu mulai ditutupkan dan onggokan tanah merah perlahan menutupi lubang hingga membentuk sebuah gundukan baru.
“Waduh… kan jenazahnya belum di-adzan-i"
Suara itu seperti petir yang menyambar kesadaran semua orang yang ada di tempat itu.
“Kok nggak ada yang ingat ya. Harusnya tadi sebelum ditutup papan.”
“Ya, namanya juga khilaf”
Pak RT berjongkok dan mendekatkan mulutnya ke gundukan tanah. Suara adzan serak berkumandang.
“Nggak apa-apa. Pasti suara adzan bisa menembus tanah merah ini.”
Dari kejauhan terdengar teriakan Mang Ujang yang tergopoh-gopoh memikul seikat potongan bambu. Semua orang yang ada di pemakaman hanya bisa tersenyum melihatnya.
“Jenazah sudah dikuburkan, kok bambunya baru datang…”
--- oOo ---

Malam harinya Kampung Cinangka menapaki kegelapan seperti malam-malam sebelumnya. Begitu juga dengan kontrakan di belakang rumah Pak Jajang. Lampu menyala redup. Pintu tertutup rapat sejak senja mulai merayap. Hanya berisik televisi dan suara anak-anak yang sayup terdengar.

Sepertinya hanya tebaran bunga dan wangi melati di salah satu gundukan tanah merah di pemakaman pinggir kampung yang benar-benar membaurkan aroma duka. Jejak yang semakin lama semakin layu terbakar panas matahari dan semakin pudar di hembuskan angin malam.

Pada hari kelima sejak kematian bayi Bu Sari, suara tangis kanak-kanak memecahkan terik siang hari. Ibu-ibu yang sedang di beranda rumah mendapati Ryan, anak ketiganya Bu Sari terjungkal dari sepeda mininya. Bu Sari yang sedang duduk di depan pintu kontrakannya, langsung menyerocos begitu melihat anaknya datang dengan tangisan.
“Makanya jangan nakal. Siang-siang main sepeda melulu. Kalau jatuh begini, Mama juga yang repot!”
Cerocosan Bu Sari membuat tangis Ryan semakin kencang, palagi ketika cerocosan berubah menjadi beberapa tamparan. Ryan kecil berlari kencang. Berlari dan terus berlari menuju jalan raya. Bu Sari hanya memandangi anaknya sambil mengumpat.
“Dasar anak nakal!”

Jumat, 12 September 2008

Daya Tarik Pelangi di Curugsewu

Daya Tarik Pelangi di Curugsewu


Munculnya pelangi pada saat tertentu di objek wisata air terjun Curugsewu di Desa Curugsewu, Kecamatan Patean, sekitar 40 km selatan Kabupaten Kendal, Jawa Tengah menjadi daya tarik bagi wisatawan mengunjungi daerah ini.

"Pada objek wisata ini ada tiga tingkatan air terjun dengan ketinggian antara 30 hingga 35 m menjadikan daya pikat sangat kuat bagi wisatawan. Apalagi pada saat muncul pelangi dengan aneka warna menarik, sangat indah dan elok dipandang," kata Mularsih, seorang pengamat kepariwisataan di Kendal, Rabu (10/9).

Ia mengatakan, bagi wisatawan yang ingin mengunjungi objek wisata ini dari kota Kendal wisatawan harus melalui Waleri dan Sukorejo. Objek wisata yang menjadi andalan Kabupaten Kendal ini berada pada ketinggian 650 m di atas permukaan laut (Dpl).

Untuk memberi kenyamanan pengunjung, Pemkab Kendal membangun berbagai fasilitas, mulai taman rekreasi, panggung taman bermain untuk anak, kereta mini, jet coaster hingga kolam renang bertsandar nasional. "Lokasi objek wisata ini cukup sejuk," katanya.

Biasanya, katanya, pada saat Hari Raya Idul Fitri lokasi objek wisata ini banyak dikunjungi wisatawan lokal dari dalam maupun luar Kabupaten Kendal.

Objek wisata lainnya yang menjadi andalan Kabupaten Kendal di antaranya objek wisata gua Kiskendo di Singorojo, kolam renang Boja, Pantai Pelabuhan Baru Kaliwungu, Pantai Ngebum Kaliwungu, Pantai Jomblom Cepiring, dan Pantai Sendang Sikucing Rowosari.

Kamis, 11 September 2008

Saleh

Saleh

Oleh: Zaim Uchrowi


Seberapa seringkah kita hari-hari ini mendengar kata 'saleh'?

Masjid di kampung asal saya, menurut cerita, adalah masjid 'tiban'. Sebuah masjid yang dipercayai ada begitu saja, seolah jatuh dari langit. Pemimpin masjid itu Mbah Kiai Sahal, kiai yang menjadi pusat spiritualitas masyarakat sekitar. Ke sanalah banyak orang datang minta restu, doa, nasihat, bahkan juga obat. Namun, sosok lain yang juga perlu diperhatikan di masjid itu adalah Pak Saleh.

Pak Saleh bukan pribadi serbasempurna. Ayah Daroji ini lebih terlihat sebagai seorang biasa, tak beda dengan para tetangganya. Rumahnya di sebelah barat masjid, terpisah oleh kebun singkong. Ia bisa ke masjid lewat kebun itu atau memutar lewat jalan bila kebun becek karena hujan. Ia akan ke blumbang untuk berwudhu. Lalu, jejak kakinya akan membasahi lantai emperan masjid. Pak Saleh yang akan menjadi imam shalat kalau Mbah Kiai Sahal berhalangan. Singkat kata, ia orang baik, sebaik namanya: Saleh.

Sekarang, semakin sedikit orang tua yang menamai anaknya 'Saleh'. Padahal, nama itu punya arti bagus, yakni 'taat dan sungguh-sungguh menjalankan ibadah'. Juga, berarti 'suci dan beriman'. Lebih mendalam lagi, 'saleh' punya makna luar biasa sehingga disebut berulang kali dalam Alquran. Apakah karena kita sekarang lebih berorientasi duniawi dan kurang ukhrawi sehingga nama Saleh semakin ditinggalkan? Mungkin saja.

Istilah 'saleh' yang paling sering disebut ada dalam surat pendek Al 'Asr. Tegas sekali isi surat itu, "Manusia pada dasarnya merugi." "Kecuali, yang beriman dan beramal saleh ...." Di surat Attin, hal itu ditegaskan lagi, sedangkan dalam surat Alburuj disebutkan bahwa beramal saleh merupakan 'keberuntungan yang besar'.

Penyebutan kata 'saleh' yang begitu sering tentu punya maksud. Apalagi, penyebutannya hampir selalu berdampingan dengan kata 'iman'. Iman-amal saleh. Iman-amal saleh. Keduanya seperti kata-kata suci yang akan menjamin sukses manusia dunia akhirat. Kedua kata itu seperti tak dapat dipisahkan satu sama lain. Bila benar posisi amal saleh itu begitu penting, bagaimana sebenarnya istilah itu harus dimaknai.

Menteri Sofyan Djalil meyakini bahwa amal saleh bukan sekadar 'perbuatan baik'. 'Saleh' juga berarti 'profesional'. Keyakinannya itu disampaikan di berbagai kesempatan. Tak hanya saat berkhutbah, juga dalam pidato-pidato di lingkungan BUMN. Bila saleh adalah profesional, bahasannya menjadi lebih panjang lagi.

Profesional sama dengan kompeten. Dengan demikian, 'saleh' juga harus berarti kompeten atau memiliki keahlian dalam kehidupannya. Selain kompetensi, profesional juga mengandung unsur integritas serta kapasitas manajemen. Dengan demikian, amal saleh juga berarti jujur dan bertanggung jawab serta berkapasitas mengelola segala hal untuk mendapatkan hasil yang efektif dan efisien. Dengan demikian, seorang saleh berarti seorang profesional.

Dari sana, dapat dipahami bahwa saleh, sebagaimana iman, memang kunci sukses. Bila hidup kita kurang sukses, tentu ada persoalan dalam kesalehan dan keimanan ini. Itulah yang harus diperbaiki agar lebih sukses. Dengan demikian, bila umat ini kurang sukses dalam kehidupan publik, berarti masih ada masalah dalam keimanan dan kesalehannya sehingga harus diperbaiki. Umat yang masih jauh dari profesional ini adalah umat yang masih jauh dari saleh. Itu yang perlu diperbaiki dalam Ramadhan ini.

Di tahun 1970-an, cukuplah keberadaan Pak Saleh sebagai imam masjid. Sekarang, kita memerlukan Pak Saleh-Pak Saleh yang mampu menjadi imam bisnis, imam masyarakat, bahkan imam bangsa yang baik.mr-republika

Rabu, 10 September 2008

Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan

Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan
Author : Nurcholish Madjid
Publisher : Mizan

“Setiap pembaru, di mana pun di muka bumi ini, hampir pasti

selalu dilawan, dicaci-maki, dan dimusuhi, tetapi ajaibnya diam-diam diikuti. Ini juga berlaku atas cendekiawan Indonesia Nurcholish Madjid yang telah bekerja keras untuk mengawinkan keislaman dan keindonesiaan, sebuah sumbangan

berharga tinggi telah diberikannya kepada bangsa ini.”

—Ahmad Syafii Maarif

Mantan Ketua PP Muhammadiyah

Tak sulit disepakati bahwa Nurcholish Madjid adalah seorang pemikir-Muslim modernis atau, lebih tepat, neomodernis—menggunakan peristilahan yang sering ia sendiri lontarkan. Maka, melanjutkan para perambah modernisme (klasik) di masa-masa lampau, Nurcholish Madjid berpendapat bahwa Islam harus dilibatkan dalam pergulatan-pergulatan modernistik. Namun, berbeda dengan para pendahulunya, kesemuanya itu tetap harus didasarkan atas kekayaan khazanah pemikiran keislaman tradisional yang telah mapan. Di segi lain, sebagai pendukung neomodernisme, ia cenderung meletakkan dasar-dasar keislaman dalam konteks nasional—dalam hal ini, keindonesiaan.

Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan ini—di tengah berbagai pembahasan atas tokoh ini—adalah buku pertama yang menampilkan secara lengkap pikiran-pikiran “tangan pertama” Nurcholish Madjid, lewat tulisan-tulisannya sendiri mengenai soal-soal di atas. Meliputi rentang waktu tak kurang dari dua dasawarsa, antologi ini memuat pula pikiran-pikirannya tentang sekularisasi, plus tinjauan-tinjauan kembalinya atas “heboh intelektual” yang disulutnya itu—tak kurang dari lima belas tahun setelah itu.

Keris, dari Besi Tua ke Besi Aji


Bagian bawah keris Sabuk Inten

Oleh Wartawan Kompas.com, IGN Sawabi

MEMBUAT keris diawali dengan pemilihan bahan baku yang baik. Dalam kasanah perkerisan ada berbagai jenis besi. Yang sering disebut-sebut ada besi Mangangkang, Pulosrani, Balitung dan sebagainya.

Tentu hanya mereka yang sudah mahir yang memiliki kemampuan memilih besi mana yang baik dan mana yang tidak baik sebagai bahan keris. Cara memilih besi bisa menggunakan berbagai cara. Masing-masing pembuat keris memiliki keterampilan berbeda-beda.

Ada yang hanya dengan cara mengamati fisik dan warna besi, ada yang harus memukul dan dari suara dentangan besi itu bisa ditentukan pilihannya. Semua itu, konon tergantung kebiasaan dari pembuat keris, dan konon pula hasilnya akan sama, karena tujuannya sama; memilih bahan yang bagus.

Besi yang sudah ditentukan, kemudian dibentuk menjadi balok lebar sekitar 5 sentimeter, tebal 2-3 sentimeter. Ada dua balok besi berukuran, bentuk dan berat dibuat sama.

Langkah kedua, menyiapkan pamor. Ada beberapa jenis pamor yang biasa dipakai. Lazimnya, sekarang para pembuat keris mempergunakan nikel. Besi nikel bisa didapatkan di pasar besi tua dengan gampang. Namun ada juga yang mempergunakan velk mobil atau sepeda motor bekas.

Untuk keris tertentu, pesanan misalnya, biasanya memakai meteorid sebagai pamor. Namun, karena barang ini sudah sangat langka, meteorid bisa "dikumpulkan" dari pedang atau keris tua yang sudah tidak terawat kemudian dilebur untuk diambil pamornya.

Jika pamor yang dipakai berupa kepingan kecil-kecil, untuk mengumpulkannya bisa diakali dengan membuat amplop dari lempengan besi. Kepingan-kepingan tersebut kemudian dimasukkan dalam amplop tersebut, disatukan dan kemudian dibentuk menjadi balok yang bentuknya sama dengan balok besi yang disiapkan di awal.

Balok berisi nikel, dijepit di antara dua balok (batangan) besi dan kemudian dibakar. Proses pembakaran diperkirakan mencapai 1.000 derajad selsius lebih. Arang kayu jati menjadi pilihan utama, karena panas arang kayu jati lebih stabil dibanding arang jenis kayu yang lain.

JIka pada bara api sudah muncul kembang api yang berasal dari balok-balok besi yang dibakar tadi, proses penempaan segera dimulai. Proses penempaan ini merupakan cara untuk menyatukan tiga balok tersebut.

Dalam proses ini, ketiga balok harus benar-benar rekat, karena saat itulah seorang empu sedang mengawali pembuatan motif pamor. Jika sudah benar-benar menyatu, besi itu kemudian dipotong menjadi dua, sehingga pamor akan menjadi dua lapis. Dilanjutkan seperti pada proses awal, yakni perekatan dan pemanjangan besi yang sudah berpamor itu.

Demikian seterusnya penempaan dilakukan, sampai mendapatkan lapisan besi dengan lapisan-lapisan yang diinginkan. Semakin banyak lapisan, akan semakin halus pamor yang diperoleh. Menghitung lapisannya menggunakan deret ukur. 1, 2, 4, 8, 16, 32, 62 dan seterusnya.

Bahan dasar besi berpamor ini, sudah bisa dipergunakan untuk pamor jenis beras wutah, atau wos wutah.

Misalnya pada kelipatan 62, proses dihentikan pun bisa. Besi berpamor itu kemudian dibagi dua, dan dibentuk menjadi trapesium. Ujung yang lebih kecil diarahkan menjadi bagian ujung keris, sedangkan yang lebar diarahkan menjadi bagian pangkal keris.

Berikutnya, disiapkan potongan baja murni dan dibentuk trapesium sedikit lebih lebar dibanding trapesium dengan bahan besi berpamor. Tiga trapesium ini kemudian direkatkan dengan pembakaran yang sama sebagaimana dilakukan pada proses pembuatan bahan dasar besi berpamor.

Langkah selanjutnya adalah membentuk keris, menurut apa yang direncanakan oleh empu keris.

Selasa, 09 September 2008

Mengadu Domba

Mengadu Domba


Dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim dikisahkan, suatu hari ketika Rasulullah SAW melewati dua kuburan, beliau mendengar penghuni kuburan itu sedang disiksa malaikat. Lalu beliau bertanya kepada beberapa sahabat yang menyertainya, ''Tahukah kalian tentang orang yang ada dalam kuburan ini?'' Namun sebelum mereka menjawab, Nabi SAW melanjutkan, ''Mereka sedang disiksa karena melakukan dosa besar: yang pertama suka berbuat namimah (mengadu domba), dan kedua tidak pernah bersuci setelah kencing.''

Hadis di atas dengan tegas menggolongkan namimah sebagai perbuatan dosa besar yang mendapat siksaan langsung di dalam kuburan. Mendapat siksaan langsung, karena namimah merupakan perbuatan yang sangat berbahaya dan berpotensi besar untuk menghancurkan persatuan dari dalam.

Namimah biasanya dilakukan oleh orang-orang yang lemah iman, berhati busuk, dan buruk mental. Mereka melakukan itu, di antaranya karena tidak tahan melihat kesuksesan orang lain atau tidak mampu mengejar prestasinya. Dan tidak jarang, persatuan dan persaudaraan umat terancam pecah hanya gara-gara perbuatan namimah sekelompok orang.

Di zaman revolusi dulu, seperti pernah dituturkan almarhum Hamka, telah terjadi permusuhan dan pertumpahan darah karena adanya provokasi adu domba yang dipicu oleh orang yang bermental lemah dan dengki.

Alquran dan hadis dengan tegas mengutuk pelaku namimah. ''Celakalah bagi setiap orang yang suka mengadu domba dan mencela.'' (Q. S. 104: 1). ''Tidak akan masuk surga,'' kata Nabi SAW, ''orang yang suka mengadu domba.'' (H.R. Bukhari Muslim).

Mengadu domba merupakan perbuatan yang sangat cepat mengundang api permusuhan, ibarat membakar kayu yang apinya cepat menjalar. Itu sebabnya, istri Abu Lahab yang suka mengadu domba suku Quraisy, oleh Alquran dijuluki sebagai Hammalatul Hatab (si pembawa kayu bakar).

Ini, menurut ahli tafsir, kobaran api permusuhan akibat namimah sama membaranya dengan kobaran api kayu bakar seperti yang dibawa oleh istri Abu Lahab tadi.

Alquran juga mengkatagorikan pengadu domba sebagai orang fasik yang perlu diverifikasi (diteliti) kebenaran beritanya (Q. S. 49: 6). Karena itu, meski Agustus ini kita bangsa Indonesia genap 50 tahun menikmati kemerdekaan di alam kesatuan Indonesia, namun kita harus tetap waspada dan hati-hati terhadap munculnya kelompok-kelompok tertentu yang sengaja ingin menghancurkan persatuan kita.

Sehingga bangsa kita yang sangat heterogen, terdiri dari berbagai suku dan agama, tidak gampang dicerai-berai oleh perbuatan adu domba yang direkayasa oleh orang-orang yang picik dan tak bertanggung jawab.mr-republika

Musik Angklung Bergema di Padang Pasir

Musik Angklung Bergema di Padang Pasir
Alunan alat musik angklung dengan lantunan syair Shalawat Nabi, Talaal Badru Alaina, Ilahilast Tombo Ati, dan We are the World dibawakan pelajar Indonesia menggema di tengah padang pasir dalam acara Ramadan Nights dihadiri sekitar 400 kalangan sivitas akademika di Education City, Qatar.

Penampilan pelajar Indonesia dalam Ramadan Nights yang diadakan Qatar Foundation pimpinan Permaisuri Raja Qatar, H.H. Sheikha Mozah Bint Nasser al-Missned dalam rangka Ramadhan dan sekaligus memperkenalkan kebudayaan negara berpenduduk mayoritas Islam kepada keluarga besar Education City, demikian Jurubicara KBRI Qatar A. Sudradjat kepada koresponden Antara London, Selasa.

Duta Besar Rozy Munir mengatakan keikutsertaan KBRI Doha dalam acara yang cukup bergengsi tersebut, dimanfaatkan untuk meningkatkan kesan positif Indonesia tidak saja di mata penduduk setempat tetapi juga masyarakat Internasional di Qatar..

Suara musik asal Jawa Barat membangkitkan keingintahuan intelektual berbagai negara yang menimba ilmu di berbagai perguruan di Qatar seperti Georgetown University School of Foreign Sevice, Texas A and M University, Virginia Commonwealth School of the Arts dan Carnegie Mellon University Qatar.

Menurut A Sudradjat, Kedutaan Besar RI di Doha bersama empat wakil Negara Islam seperti Turki, Palestina, Mesir, dan India bersama delapan perusahaan berpartisipasi dalam Bazar ?Ramadan Nights? dengan menampilkan kerajinan dan makanan khas serta menampilkan seni budaya masing-masing negara.

Dikatakannya pengunjung terkesan dengan penampilan alat musik angklung yang dibawakan putera-puteri Indonesia yang berkolaborasi dengan grup musik band KBRI dan pencak silat oleh Persatuan Gerak Badan Bangau Putih Cabang Qatar serta suguhan teh dan kopi khas Indonesia.

Selain di kalangan sivitas akademik yang datang dari berbagai Negara dan sekaligus mengenal potensi yang dimiliki Indonesia di bidang sosial budaya termasuk pariwisata dengan tersedianya brosur dan pemutaran film wisata Indonesia diharapkan akan dapat meningkatkan minat melakukan kunjungan wisata ke Indonesia

Minggu, 07 September 2008

Kitab Kuning Belum Bisa Diterjemahkan

Kitab Kuning Belum Bisa Diterjemahkan

Bahasa Indonesia belum bisa digunakan untuk menerjemahkan secara harfiah beberapa kitab kuning yang dipelajari di pondok-pondok pesantren salaf (klasik) di Indonesia.

"Sepertinya kosa kata Bahasa Indonesia itu tidak sekaya Bahasa Jawa sehingga sampai sekarang belum ada orang yang memberikan makna kitab kuning dengan Bahasa Indonesia," kata Pengasuh Ponpes Hidayatut Thullab, Dusun Petuk, Desa Poh Rubuh, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, K.H. Achmad Yasin Asmuni, Sabtu.

Ponpes Hidayatut Thullab merupakan satu-satunya pondok pesantren salaf di Indonesia yang aktif memproduksi kitab kuning dengan makna Bahasa Jawa.

Sejak tahun 1993 sampai sekarang pondok pesantren yang berada di lereng Gunung Wilis, Kabupaten Kediri itu telah menerjemahkan 115 judul kitab kuning ke dalam Bahasa Jawa.

Kiai Yasin mengatakan, selain Bahasa Jawa ada Bahasa Madura dan Bahasa Sunda yang bisa digunakan untuk memberikan makna sejumlah kitab kuning itu. "Saya sendiri heran, seharusnya Bahasa Indonesia bisa digunakan untuk memaknai setiap kata dalam kitab kuning itu. Seharusnya ini juga menjadi tantangan bagi pakar Bahasa Indonesia dengan terlebih dulu membandingkan Bahasa Jawa dalam memaknai kitab kuning," katanya.

Padahal selama ini santri-santri yang belajar kitab kuning di sejumlah ponpes salaf tidak hanya berasal dari Jawa, Sunda, atau Madura. Bahkan sampai sekarang masih banyak santri-santri ponpes salaf berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

Beberapa provinsi itu, termasuk Papua selama ini juga aktif mengirimkan santrinya dalam ajang Musabaqoh Qiroatil Kutub (lomba baca kitab kuning) tingkat nasional yang rutin digelar Departemen Agama setiap dua tahun sekali.

Menurut Kiai Yasin, Bahasa Indonesia hanya bisa digunakan untuk menyimpulkan isi kandungan (makna murad) di dalam kitab kuning. "Tapi kalau digunakan untuk memberikan makna harfiah secara sempit seperti yang lazim dipelajari santri salaf belum bisa," kata kiai muda yang dipromosikan mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa dari sebuah perguruan tinggi di Inggris itu.

Oleh sebab itu, beberapa santri asal luar Pulau Jawa yang belajar di ponpes salaf di Jawa terpaksa menyempatkan diri untuk belajar Bahasa Jawa.

Sejauh ini belum ada sejarah mengenai awal mula pembelajaran kitab kuning di Indonesia. "Namun berdasar cerita para ulama sepuh zaman dulu, yang meletakkan dasar-dasar mempelajari kitab kuning dengan menggunakan Bahasa Jawa adalah Mbah Sholeh Ndarat yang hidup sekitar 150 tahun lalu," katanya.

Selain berasal dari negara-negara di Jazirah Arab, kitab kuning yang dipelajari para santri salaf saat ini juga ada yang berasal dari Indonesia, diantaranya Sullamut Taufiq (Banten) dan Sirajut Tholibin (Jampes, Kediri).

Kematian


Kematian


Tidak lama setelah kematian Presiden Nasser secara tiba-tiba, delegasi Mesir berkunjung ke RRC. Dalam suatu audiensi dengan PM Zhou Enlai, petinggi Cina itu menanyakan sebab kematian Nasser. Ketika dijawab bahwa penyebabnya tidak dapat dipisahkan dari kehendak Tuhan, Zhou buru-buru menyergah dengan menyatakan, ''Jangan membawa-bawa Tuhan. Saya jauh lebih tua dan sampai sekarang ini saya sehat-sehat. Apalagi sebagai Presiden dia kan mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik.'' Hasanil Haikal, Menteri Penerangan Mesir pada masa Nasser menulis kisah ini dalam suatu biografi pemimpin besar Mesir itu. Zhou sendiri, yang telah dipersiapkan oleh Ketua Mao Zedong sebagai penggantinya, meninggal hanya beberapa tahun setelah Nasser, yang kemudian memaksa Mao merehabilitir Deng Zioping. Berbeda dengan paham komunisme, Islam memandang bahwa kematian tidaklah berarti akhir dari perjalanan manusia, tapi awal dari suatu kehidupan yang kekal di akhirat. Alquran mengingatkan kita tentang hari kebangkitan itu dalam ratusan ayat dan sekaligus menepis keraguan tentangnya. Islam berpendapat manusia adalah mahluk yang terdiri dari jiwa dan raga, atau badan dan ruh. Badan manusia sendiri senyawa materi dan tunduk pada materi. Keberadaannya terbatas pada waktu dan tempat, terpengaruh oleh cuaca - dan sebagaimana ditetapkan Allah suatu hari tubuh atau badan inipun hancur dan binasa. Tetapi tidak demikian dengan jiwa atau ruh. Karena itulah Islam menegaskan kematian tidaklah berarti kita berhenti maujud. Kematian berarti jiwa manusia - yang tidak dapat musnah - memutuskan ikatannya dengaan tubuh jasmani, dan sekalipun badan itu hancur dengan kematian tapi jiwa melanjutkan kehidupananya sendiri. ''Dan mereka berkata: Apakah bila kami telah lenyap (hancur) di dalam tanah, kami benar-benar akan berada dalam ciptaan yang baru. Bahkan (sebenarnya) mereka ingkar akan menemui Tuhannya''. Katakanlah : ''Malaikat maut yang untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu: kemudian hanya kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan'' (As-Sajdah 10-11). Rasulullah SAW sendiri menyatakan, ''Kamu tidaklah mati, namun kamu hanya dipindahkan dari satu tempat tinggal ketempat tinggal yang lain''. Berdasarkan ayat itu, Islam memberi jaminan bahwa setelah kita mati dan hidup kekal dalam alam barzah - kita akan memperoleh kebahagiaan dan kesenangan apabila dalam hidup di dunia ini kita melakukan amal saleh. Tapi sebaliknya seseorang yang dalam hidupnya melakukan perbuatan-perbuatan jahat akan memperoleh siksa dari Allah. Jadi, meminjam kata Muhammad Husain Haekal, pengarang sejarah Nabi Muhammad SAW, barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah dan melakukan perbuatan-perbuatan baik, dengan imannya semacam itu, dia tidak pernah merasa takut, termasuk dalam menghadapi kematian. Dan iman semacam inilah yang membuat Nabi dan para sahabatnya tidak pernah gentar dalam situasi apa pun.mr-hikmahrepublika

Tiada Agama tanpa Akal

Tiada Agama tanpa Akal

Oleh: Ahmad Tohari

Tentang rokok saya punya beberapa pengalaman keseharian yang cukup menarik. Di antaranya, percakapan saya dengan seorang teman yang bekerja di sebuah industri rokok raksasa. Secara iseng saya bertanya, "Wah, kamu enak ya, saban hari bisa merokok dengan gratis." Teman tadi tersenyum dan jawabannya cukup mengejutkan.

"Sekali pun kami tak pernah mendapat rokok gratisan dari perusahaan. Mereka berpendapat, rokok adalah racun. Maka, mereka tidak akan pernah memberikan rokok itu kepada para karyawan."

"Jadi, para karyawan perusahaan tempat kamu bekerja tidak pernah merokok?"
"Bukan begitu. Rokok boleh diisap oleh para karyawan tapi atas pilihan dan biaya sendiri."

Pengalaman lainnya adalah percakapan saya dengan teman yang biasa mancing bersama ke tengah laut. Sebenarnya dia bukan perokok berat. Namun, pada usia di atas 60 tahun dia terkena kanker paru. Pada hari-hari terakhir hidupnya, dia bilang kepada teman-teman yang datang menjenguknya di rumah sakit. "Teman-teman, cukuplah saya yang menderita sakit seperti ini. Kalian jangan. Maka, saya minta kalian yang merokok berhentilah."

Masih ada pengalaman lain. Bahkan, ini menyangkut kakak perempuan kandung saya. Pada usia 50 tahun kakak terkena kanker paru juga. Bukan karena dia merokok, melainkan suaminya yang perokok berkelanjutan. Setelah kematian kakak, anak-anaknya berantakan.

Barangkali belum cukup? Beberapa waktu yang lalu di harian ini saya sudah menyampaikan data bahwa 19 juta warga masyarakat miskin kita mengisap rokok dengan nilai Rp 23 triliun per tahun. Mungkin tidak banyak orang yang merenung lebih jauh bahwa pada kasus ini telah terjadi perampasan atas hak puluhan juta anak miskin.

Hak apa? Hak mendapat asupan gizi yang lebih baik; hak mendapat buku-buku pelajaran; dan hak atas biaya kesehatan. Itu semua gara-gara ayah mereka yang miskin lebih suka memilih rokok daripada memenuhi kewajiban atas anak-anaknya.

Harus diingat jumlah anak miskin yang terampas haknya ini saja pasti lebih besar daripada jumlah seluruh petani tembakau ditambah dengan karyawan industri dan distributor rokok di seluruh Indonesia. Belum lagi, bila jumlah anak yang terampas haknya itu ditambah dengan jumlah pelajar dan mahasiswa yang telah kecanduan nikotin sehingga mereka lebih mengutamakan rokok daripada buku. Malah kita bisa merenung lebih dalam bila membaca data yang dicatat oleh Prof Dadang Hawari: setiap tahun 57 ribu orang meninggal di Indonesia karena rokok. Berarti rata-rata 156 orang setiap hari dan angka ini hanya sedikit di bawah angka korban narkoba.

Jadi, benar rokok adalah racun, baik dalam arti kiasan maupun arti sesungguhnya. Bahkan, produsen sendiri telah menjelaskan dalam huruf-huruf besar bahwa rokok bisa menyebabkan kanker, serangan jantung, dan gangguan janin. Tapi, masyarakat dan pemerintah tampak belum melihatnya sebagai ancaman yang serius. Ini sebuah ironi yang menyedihkan. Beda dengan Singapura yang berupaya keras mengendalikan konsumsi rokok oleh warganya. Singapura sedang berjalan pasti menuju bangsa bebas tembakau.

Ironi besar juga hidup subur di kalangan masyarakat yang konon telah memakruhkan rokok. Kalau benar rokok hukumnya makruh, seharusnya para santri dan para tokoh Islam bisa menampilkan diri sebagai contoh pribadi yang menjauhi rokok. Tapi, nyatanya di kalangan mereka rokok adalah hal yang sangat umum. Mereka lupa posisi sebagai panutan dan perilaku mereka jadi acuan umat.

Atau, hukum makruh rokok itu pun sebuah ironi. Karena hukum itu diputuskan pada masa baheula, jauh sebelum tercapai kemajuan ilmiah yang bisa membuktikan secara nyata dan objektif bahaya rokok terhadap kesehatan bahkan jiwa manusia. Juga, karena sifat konsumsi rokok yang menimbulkan efek ketergantungan maka akan terjadi makruh secara berkelanjutan. Ya, (lagi-lagi) ironisnya para santri juga tahu apa jadinya apabila hal yang makruh dilakukan terus-menerus.

Maka, daripada repot berwacana dan menunggu bertele-tele fatwa ini-itu, lebih baik kita bertindak sendiri-sendiri. Tinggalkan rokok demi akal sehat. Toh, dalam konteks rokok pun mestinya kita boleh berdalil, tiada agama tanpa akal.mr-republika

Jumat, 05 September 2008

Busana Tradisional Betawi

Busana Tradisional Betawi

Pengantin laki-laki dengan dandanan cara haji, biasanya menggunakan tutup kepala yang disebut alpia atau alpie. Topi pengantin laki-laki yang berasal dari tanah suci Mekah ini tingginya 15 - 20 cm dan dililit dengan sorban kain, warna putih, gading atau kadang-kadang kuning. Ron je atau untaian bunga melati yang ujung bawahnya ditutup bunga cempaka dan ujung atasnya diberi sekuntum mawar merah, diletakkan sebanyak 3 (tiga) untai di pinggir kiri alpia. Terkadang di bagian atas disematkan sepasang kembang goyang. Mengenai tata rias wajah, tidak ada yang khusus. Hanya sedikit bedak yang ditaburkan di wajah agar terkesan rapi. Biasanya kumis dan cabang juga dirapihkan agar tampak bersih.

Busana yang dikenakan berupa jubah terbuka, yang agak longgar dan besar. Bagian jubah ini, biasanya dihiasi dengan emas dan manik-manik bermotif burung hong, bunga-bungaan, kubah mesjid dan lain sebagainya. Sebelum mengenakan jubah, biasanya seorang pengantin laki-laki memakai gamis (baju dalam) polos berwarna muda yang panjangnya kira-kira sampai mata kaki -dan tidak boleh melebihnya. Gamis lebih panjang sekitar 10 cm dari jubah. Sebuah selempang berhiaskan mute sebagai tanda kebesaran pun dikenakan boleh di dalam maupun di luar jubah. Sebagai alas kaki, biasanya digunakan sepatu kulit dengan kaos kaki yang merupakan pengaruh Belanda sejak abad ke 19. Namun, masih ada pula pengantin yang mengenakan selop atau terompah.

Keterpaduan berbagai unsur budaya muncul dalam kekayaan busana pengantin wanita Betawi yang terkesan meriah. Tuaki, adalah baju bagian atas (blus) yang dikenal memiliki 2 (dua) model, yaitu model shianghai (Cina), dan model baju kurung (Melayu). Syarat utama dari tuaki ini adalah bahannya yang polos. Motif-motif hiasan emas, mote atau manik-manik yang diletakan di ujung lengan, daerah sekitar dada, bagian bawah baju sangat bervariasi. Dari ragam hias geometris, bunga-bunga sampai motif burung hong.

Ciri khas model shianghai adalah krahnya yang tertutup. Lengan panjangnya diberi benang karet pada pergelangan. Model yang mengikuti bentuk badan sipemakai, panjangnya sebatas pinggul. Biasanya diberi pemanis dengan tambahan kain pada pinggiran bawah tuaki yang dirimpel keliling. Tuaki bentuk baju kurung, modelnya seperti baju kurung Melayu umumnya. Panjang lengan agak longgar.

Padanan tuaki adalah kun, yaitu rok melebar ke bawah dengan panjang sampai ke mata kaki. Kun juga di beri hiasan benang tebar dengan kombinasi sesuai tatahan motif pada tuaki. Warna yang terbuat dari bahan polos ini pun disesuaikan dengan warna tuaki. Warna-warna cerah yang dipilih, baik dari bahan satin ataupun beludru, serta gemerlapan hiasan tuaki dan kun ini melambangkan suka cita dan keceriaan kedua pengantin dan seluruh kelua-rganya.

Model baju yang sangat sederhana pada busana adat pengantin wanita Betawi ini, tampil begitu meriah dengan perlengkapan yang serba unik. Teratai, yaitu perhiasan penutup dada dan bahu adalah salah satu ciri yang sangat khas. Hiasan ini terbuat dari bahan beludru bertatahkan hiasan logam pada permukaannya dengan motif bunga tanjung. Aslinya adalah emas, namun saat ini umumnya menggunakan mute. Teratai ini berjumlah 8 (delapan) lembar kecil, yang kemudian dirangkai menjadi susunan delapan daun teratai yang simetris.

Keunikan lainnya terdapat pada tata rias di bagian kepala. Rambut disanggul dengan model buatun atau konde cepol tanpa sasakan. Caranya adalah dengan melilitkan secara berputar, sehingga membentuk 3 (tiga) tingkat lingkaran, yang kemudian dipadatkan dengan tusuk konde. Ketiga tingkat lingkaran ini melambangkan siklus kehidupan yang dimulai dari kelahiran, kehidupan dan kematian. Letak sanggul di tengah-tengah agak ke atas memperlihatkan tengkuk pengantin. Bersih atau tidaknya tengkuk yang tampak, merupakan pertanda apakah pengantin wanita mampu menjadi ibu rumah tangga yang mampu memelihara kebersihan fisik dan rohani dalam kehidupan berumah tangga atau tidak.

Hiasan kepala yang digunakan cukup kompleks. Salah satunya yang unik adalah siangko bercadar yang melambangkan kesucian seorang gadis. Siangko bercadar selalu berwarna emas, karena aslinya terbuat dari emas, atau bahan perak. Biasanya dihiasi batu-batu permata, bahkan ada yang bertahtakan intan berlian. Panjang cadarnya 30 cm, terbuat dari manik-manik. Saat ini banyak digunakan mote pasir dengan gumpalan benang wol merah di ujungnya. Selain yang bercadar, siangko lainnya jumlah 3 (tiga) buah. Dipakai di belakang sanggul sebagai penutup ikatan siangko bercadar. Siangko bercadar yang berfungsi menutupi wajah pengantin wanita merupakan lambang kesuciannya, yang disimbolkan dengan tidak boleh dilihatnya wajah mempelai putri oleh orang lain. Di atas Siangko bercadar ini, diletakkan sigar atau mahkota dengan motif bungabungaan yang dipenuhi permata. Hiasan rambut lainnya adalah tusuk paku atau kembang paku berjumlah 10 buah atau lebih yang dimaksudkan sebagai penolak bala. Tusuk bunga atau kembang tancep berjumlah 5 buah yang melambangkan rukun Silam, kewajiban yang harus dijalankan oleh pengantin sebagai seorang Muslim.

Kembang goyang yang berjumlah 20 buah, juga dikarenakan sebagai hiasan rambut bersama dengan 2-4 buah kembang kelapa yang dipasang di kiri dan kanan sanggul. Apabila kembang goyang melambangkan pengakuan terhadap 20 sifat kebesaran Allah, yang wajib diturunkan dan diajarkan pada anak keturunannya kelak; maka kembang kelapa merupakan simbol pengharapan agar perkawinan yang dilakukan tetap kokoh, kuat seperti pohon kelapa, sehingga akan menjadi perkawinan yang langgeng, sejahtera dan bahagia.

Hiasan burung hong atau dikenal dengan sebutan kembang besar atau kembang gede adalah hiasan lain yang tidak boleh ketinggalan. Jumlahnya yang empat buah melambangkan 4 (empat) sahabat Rasullullah, Nabi Besar Muhammad SAW. Sementara itu, burung hong sendiri dianggap sebagai simbol burung surga yang melambangkan kebahagiaan kedua pengantin. Letak burung hong ini juga memiliki arti tersendiri, yang berkaitan dengan kecocokan antara pihak keluarga kedua pengantin.

Dari hiasan kepala pengantin wanita yang telah dikemukakan, satu bentuk perhiasan yang dipercaya memiliki kekuatan magis adalah sunting atau sumping telinga. Apabila sunting ini dipakai oleh seorang pengantin yang tidak perawan atau tidak gadis lagi, maka si pemakai akan pusing-pusing dan bahkan pingsan. Selain sunting, sebagai pelengkap yang menunjang keserasian, biasanya telinga pengantin dihias dengan sepasang kerabu. Kerabu ini merupakan perpaduan anting dan giwang yang dijadikan satu. Tusuk konde berupa pasak berbentuk huruf leam (huruf Arab) merupakan simbol pengakuan akan keesaan Allah ditusukkan di atas siangko kecil penutup simpul tali cadar. Sebelum rerurub atau ruruban, yaitu sebuah kerudung dari kain
halus dan tipis, ditutupkan ke seluruh riasan wajah pengantin wanita, di beberapa daerah di atas dahi pengantin diberi tanda berbentuk bulan sabit. Tanda bulan sabit berwarna merah ini merupakan perlambang bahwa di gadis telah menjadi pengantin. Sementara ruruban merupakan tanda kesuciannya.

Selain perhiasan untuk kepala, pengantin wanita juga mengenakan perhiasan berupa kalung tebar yang dipakai melingkar leher di atas teratai Betawi. Gelang listring dan gelang selendang mayang, serta cincin emas yang berhiaskan permata menjadi hiasan lengan, pergelangan tangan dan jari pengantin wanita.

Keunikan juga tampak pada alas kaki yang digunakan. Mempelai wanita mengenakan selop berbentuk perahu kolek, dengan ujung melengkung ke atas dan dihias dengan tatahan emas dan manikmanik, atau mute.

Aslinya seluruh perhiasan yang dikenakan oleh pengantin wanita Betawi terbuat dari emas dan dihiasi intan permata. Namun saat ini, umumnya hanya merupakan sepuhan warna emas, sedangkan hiasannya lebih banyak menggunakan mute.

Variasi pakaian pengantin Betawi ini dapat ditemui di beberapa daerah. Seperti misalnya di daerah pinggiran, pengantin laki-laki mengenakan stelan jas lengkap dengan kopiah hitam dan kacamata hitam. Sementara pengantin wanita memakai slayer dan sarung tangan putih, yang juga dilengkapi dengan mahkota dan kacamata.

Adapun pakaian yang kini dikenal dengan busana "Abang dan None Jakarta" merupakan kombinasi dari busana pengantin rias bakal untuk pria, dengan busana wanita Betawi sehari-hari. Busana pengantin rias bakal, bagi mempelai pria terdiri dari jas tutup, celana panjang, ikat pinggang dan iiskoi motif lokcan. Perlengkapan busana ini adalah kuku macan, gelang bahar, pisau raut, bros dan untaian melati.

Mempelai putri menggunakan baju kurung tabur, sarung songket, selendang dan celemek. Sementara hiasan kepalanya tidak serumit dandanan rias besar putri. Busana ini biasanya dikenakan setelah akad nikah.mr-Penulis Endang Mariani

7 Alasan Berumrah

7 Alasan Berumrah


Memang tujuan utama berumrah adalah menunaikan ibadah. Namun, setiap orang tentunya membawa misi pribadi. Nah, apa saja misi itu? Cari tahu yuk!

1. Menikah
Menikah sendiri sudah merupakan ibadah. Apalagi jika menikah sambil berumrah. Selain lebih ijab kabul makin khusyuk, pahalanya juga makin berlipat. Tak heran jika belakangan ini menikah di Tanah Suci, sambil menunaikan ibadah umrah, menjadi tren.

2. Bulan Madu
Alasannya berikutnya tentu berbulan madu sambil ibadah. Banyak yang mengatakan rasanya lebih mantap karena dapat beribadah bersama pasangan. Selain beribadah dan memanjatkan doa semoga lekas diberi keturunan, di sana mereka juga bisa berjalan-jalan menikmati bulan madu.

3. Mencari Ketenangan Hati
Tak sedikit pula yang pergi berumrah untuk mencari jawaban atas masalah yang sedang dialami. Mereka berharap dengan beribadah dan berdoa di Tanah Suci dapat menyelesaikan masalah mereka. Atau setidaknya menenangkan hati untuk kemudian bisa mencari solusi.

4. Jalan-Jalan
Semua orang sudah maklum, pergi ke Tanah Suci sekarang ini tidak melulu urusan ibadah. Bahkan terkadang tambahan mengunjungi negeri Timur Tengah seperti Mesir atau Turki menjadi daya tarik sebuah paket wisata ibadah. Pelesiran sudah merupakan salah satu imbuhan menyenangkan dalam berumrah karena bisa mengunjungi banyak tempat baik untuk mencari hiburan, shopping, maupun ke tempat bersejarah.

5. Belanja
Jangan tanya. Ini adalah hiburan utama yang ‘wajib’ dilakukan para peziarah umrah atau haji. Istilahnya, rugi kalau tak menyempatkan diri berbelanja Selain karena barang-barangnya murah, kita kan juga perlu oleh-oleh untuk dibawa pulang. Wah, ini pelesir sambil ibadah atau ibadah sambil pelesir ya?

6. Berharap Jodoh
Pernah mendengar Jabal Rahmah? Tempat ini terletak di Padang Arafah. Jabal Rahmah yang berarti bukit penuh rahmat memang selalu dipenuhi peziarah karena mempunyai sejarah penting dalam Islam. Dikisahkan, di bukit inilah Nabi Adam dan Hawa bertemu kembali setelah berpisah selama 100 tahun saat diturunkan dari surga ke bumi. Konon tempat ini merupakan tempat terbaik untuk berdoa meminta jodoh. Tak heran jika tempat ini menjadi salah satu situs yang wajib dikunjungi kalau berumrah ataupun haji. Para lajang yang berharap segera mendapatkan jodoh atau para ibu yang ingin anaknnya segera menemukan jodoh pasti akan datang ke tempat ini untuk berdoa. Tertarik ke sana?

7. Memenuhi Janji
Ada juga yang pergi berumrah karena untuk memenuhi janji atau nazar jika berhasil atas suatu ‘perjuangan’. Namun, banyak juga yang merasa setelah melihat keagungan Ka’bah yang mungkin tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, berharap bisa kembali lagi suatu hari nanti.

Rindu Ingin Kembali
Bagi yang pernah ke Tanah Suci, memang selalu ada kerinduan untuk kembali ke sana. Apalagi saat mengetahui bahwa salat fardhu berjamaah di Masjidil Haram, misalnya, mendapatkan ganjaran pahala 100.000 kali lipat atau satu kali salat di Masjid Nabawi pahalanya lebih besar 1.000 kali salat di masjid lain. Alasan ini juga yang membuat orang kembali untuk menunaikan umrah ataupun haji untuk kedua, tiga dan seterusnya.

Anda merencanakan berangkat umrah, tapi sulit mengumpulkan uang. Mengapa tak mencoba menabung dulu? Sejumlah bank, terutama bank syariah, sudah memiliki program tabungan untuk haji dan umrah. Misalnya, Tabungan Mabrur dari Bank Syariah Mandiri atau Tabungan Taharoh dari bank DKI Syariah.
Untuk memulai menabung caranya pun mudah. Cukup dengan setoran awal Rp 500.000, Anda sudah bisa memiliki tabungan haji atau umrah. Untuk setoran berikutnya, Anda bisa memasukkan minimal Rp 100.000 ke dalam rekening tersebut.

Ada cara lain yang bisa Anda tempuh untuk berangkat umrah yaitu dengan mencicil biaya umrah. Cara yang dijalankan oleh sejumlah agen perjalanan memberikan keleluasaan pada calon jamaah untuk mencicil biaya umrahnya sesuai kemampuan. Namun, tetap ada catatannya. Seluruh biaya harus dilunasi dua minggu sebelum tanggal keberangkatan. Wah, boleh juga tuh dijajaki..mr-kompas

5 Tantangan Menjadi Ibu


5 Tantangan Menjadi Ibu



Menjadi seorang ibu sama sekali tak bisa dibilang mudah. Satu menit Anda menyusui, menit berikutnya mengganti popok, lantas meninabobokkannya. Di saat yang sama, Anda masih harus berjuang mengatasi gejolak emosi dari seorang ibu yang bangga dengan status baru sebagai ibu, ke perasaan frustrasi karena kelelahan.

Tak seorang ibu pun dapat segera mengatasi lima tantangan berikut ini. Mungkin, Anda akan tetap menangis karena frustasi. Apa saja tantangan itu?

TANTANGAN 1: BILA TAK MENYUKAI SI KECIL
Bila anak Anda bersikap tak pantas atau memalukan, Anda pasti akan sangat marah sehingga Anda sangat membencinya (walaupun hanya selama 10 menit). Lalu karena juga sangat mencintainya, Anda segera diliputi perasaan bersalah.

Cara Mengatasinya:
Ada saat di mana Anda merasa tak mencintai anak, bahkan bersikap tidak manis dan mengucapkan kata-kata yang tak enak didengar. Ini wajar, Anda hanya manusia biasa dan punya harapan. Tapi bila emosi Anda berlebihan atas kesalahannya, coba pahami apa yang sebenarnya membuat Anda marah. Lalu segera utarakan kekhawatiran atau ketakutan Anda. Wajar bila dari waktu ke waktu anak bersikap menjengkelkan sehingga Anda hilang sabar. Bila ini terjadi berulang kali, teliti seberapa besar konsistensi Anda terhadap kedisiplinan. Cari akar permasalahan untuk membantu Anda menghindari rasa benci dan bersalah.


TANTANGAN 2: KETERLIBATAN SUAMI
Adalah alami menginginkan segala sesuatu sempurna bagi anak-anak. Oleh karena itu, sebaiknya Anda membagi tanggungjawab ini dengan suami. Tentukan siapa yang giliran mengganti popok, menyuapi anak-anak, dan mengajak mereka bermain sebelum tidur.

Cara mengatasinya:
Mungkin Anda frustrasi melihat cara suami bermain dengan anak-anak, atau suami membiarkan anak memakai pakaian yang tak cocok. Sejauh cara yang diterapkan suami tak membahayakan, tidak perlu khawatir. Sebaliknya, beri ia kesempatan bersama anak-anak. Jangan mengritik langkah yang dilakukannya, yang berarti Anda mempertahankan rasa saling menghargai dan keharmonisan di dalam perkawinan. Sehingga, suami akan merasa Anda memberinya kepercayaan, dan Anda jadi bisa istirahat sejenak, bukan?


TANTANGAN 3: GELISAH SAAT BERPISAH DENGAN ANAK
Berminggu-minggu, Mila (36) merasa takut meninggalkan anaknya, Ella (4) di sekolah. “Saya membayangkan Ella menangis dan memegangi kaki saya.” Tetapi 10 menit setelahnya, Ella yang biasanya tak pernah dapat lepas darinya, segera membaur dan asyik bermain dengan guru dan teman-teman barunya.

Cara Mengatasinya:
Kenali emosi Anda pada saat berpisah dengannya. Sadari bahwa kegelisahan, ketakutan, dan kesedihan yang Anda rasakan adalah perasaan Anda, bukan milik Si Kecil. Bahkan, bila anak Anda rewel, ada dua hal yang harus disadari. Pertama, dia mungkin akan baik-baik saja sesudah 5 menit Anda pergi (sebagian besar anak demikian). Kedua, ini tantangan baginya untuk beradaptasi di lingkungan baru, dan ini dapat membantu tumbuh kembangnya. Bila Anda menghalangi perpisahan, Anda justru memperbesar perasaan ketergantungan anak. Ingatkan diri sendiri bahwa tujuan Anda adalah meningkatkan kebahagiaan dan kemandirian anak.


TANTANGAN 4: MENERIMA KEGAGALAN ANAK
Bila anak-anak tidak menjadi seseorang seperti yang Anda harapkan (atau bahkan memperlihatkan minat yang berbeda), biasanya seorang ibu akan merasa kecewa. Ingat, jangan sampai perasaan kecewa tadi justru membuat Anda menyesal di kemudian hari!

Cara Mengatasinya:
Sebagian besar orangtua mengharapkan anaknya jadi juara. Entah itu di dunia olahraga, kesenian, maupun di sekolah. Itu sebenarnya tindakan yang menekan mereka. Anak merupakan pribadi yang unik dengan segala bakat, impian, cita-cita, dan masalah yang dihadapinya. Anda dan anak akan merasa lebih nyaman bila Anda mau belajar mengungkapkan rasa bangga Anda atas keberhasilannya mencapai sesuatu.


TANTANGAN 5: BELAJAR UNTUK MELEPASKAN
Orangtua menginginkan anak berada di tempat yang aman dari bahaya. Anda juga akan mudah merasa khawatir karena anak sangat berharga bagi Anda.

Cara Mengatasinya:
Anda harus memastikan bahwa anak ada di tangan yang terpercaya dan bertanggungjawab. Misalnya, saat meninggalkan anak di sekolah, kita harus yakin dengan keamanan sekolah sehingga tak merasa khawatir dan takut. Bila Anda tidak puas/tidak senang dengan lingkungan anak, lakukan perubahan. Cara ini mengurangi perasaan cemas. Yang juga patut disadari, Anda tidak dapat menjaga anak dari setiap kemungkinan bahaya, tetapi Anda dapat menghilangkan perasaan cemas Anda.mr-kompas

Kamis, 04 September 2008

Rosa Canina, Herbal untuk Osteoartritis

Rosa Canina, Herbal untuk Osteoartritis


OSTEOARTRITIS (OA) merupakan penyakit sendi degeneratif yang berkaitan dengan kerusakan tulang rawan (kartilago) sendi. Penyakit ini ditandai dengan adanya kemunduran kartilago sendi dan tulang di dekatnya, yang bisa menyebabkan nyeri sendi dan kekakuan.

Sampai saat ini masih belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan OA hingga tuntas. Pengobatan yang diberikan dokter dalam penatalaksanaan OA umumnya ditujukan terhadap dua hal, yaitu mengatasi gejala dan memperbaiki aktivitas sehari-hari (symptom modifying effect), serta pencegahan dan perbaikan kerusakan struktur rawan sendi (structure modifying effect). Terakhir muncul pengobatan dengan menggunakan sel terapi dan stem sel dengan hasil yang cukup menjanjikan.

Rekomendasi yang diberikan para ahli dalam penanganan osteoartritis (OA) meliputi terapi farmakologis dan terapi non-farmakologis (seperti penurunan berat badan, olahraga, edukasi). Obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS) merupakan salah satu terapi farmakologis yang paling sering digunakan untuk mengatasi nyeri dan peradangan yang terjadi pada pasien OA.

Namun demikian, penggunaan obat-obatan tersebut sering kali memberikan efek samping yang cukup serius, seperti perdarahan saluran cerna, erosi lambung, hingga kerusakan hati dan ginjal. Beratnya efek samping yang ditimbulkan karena penggunaan jangka panjang OAINS ini membuat para ahli terus mencari alternatif terapi OA yang efektif namun juga aman.

Rosa canina merupakan salah satu alternatif terapi osteoartritis yang mulai banyak digunakan saat ini sebagai terapi komplementer (pelengkap). Rosa canina ini juga dikenal dengan nama Brier hip, brier rose, dogberry, dog rose, hip rose, witches' brier, dan sebagainya.

Rosa canina tergolong dalam famili Rosaceae dan banyak ditemukan pada dataran Eropa dan Asia Barat. Bagian yang biasanya digunakan sebagai pengobatan maupun bahan nutrisi adalah bagian buahnya yang berwarna merah. Ekstrak Rosa canina ini banyak digunakan oleh para ahli di negara-negara Eropa karena kandungan zat aktifnya yang cukup kompleks sehingga dapat bekerja pada berbagai jalur mekanisme osteoartritis.

Hal ini berbeda dengan obat farmakologis konvensional dimana umumnya hanya bersifat monomodal (hanya bekerja pada satu jalur mekanisme saja), sehingga kadang hanya memberikan manfaat klinis yang terbatas.

Sejarah penggunaan ekstrak tanaman Rosa canina sebagai terapi pada penderita osteoartritis bermula dari Langeland, Denmark. Seorang petani bernama Erik Hansen mengalami perbaikan gejala arthritis yang dialaminya, setelah menggunakan bubuk yang dibuat dari biji dan buah Rosa canina. Dia kemudian menghubungi Dr. Kaj Winther dan Dr. Arsalan Kharazmi dari Universitas Kopenhagen Denmark untuk mendiskusikan kemungkinan melakukan penelitian ilmiah. Hasilnya sesuai dugaan, terbukti ekstrak tanaman Rosa canina ini dapat meredakan gejala-gejala osteoarthritis.

Galaktolipid yang terkandung di dalam ekstrak Rosa canina ini terbukti menghambat migrasi sel darah putih ke dalam sendi sehingga dapat mengurangi terjadinya proses peradangan dan kerusakan sendi. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan, penggunaan jangka panjang ekstrak Rosa canina terbukti mampu mengurangi keluhan nyeri dan memperbaiki kualitas hidup pasien OA.

Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Kaj Winther tahun 2005 membuktikan bahwa ekstrak Rosa canina mampu menurunkan secara signifikan disabilitas, kekakuan sendi, maupun severitas penyakit berdasarkan skor WOMAC.

Berbeda dengan OAINS, terapi dengan ekstrak Rosa canina ini tidak menimbulkan efek samping perdarahan lambung maupun kerusakan ginjal/hati, bahkan setelah 4 minggu dapat mengurangi dosis OAINS yang diperlukan pasien OA.

Melihat bukti-bukti ilmiah ini, ekstrak Rosa canina mulai banyak digunakan di Jepang dan negara-negara Eropa sebagai terapi komplementer pada penderita OA. Bila semua pilihan terapi tersebut tidak memberikan hasil, dapat dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan operasi pada sendi yang terkena.mr-kompas.Penulis: dr. Indra Widya Nugraha

Al-Quran Kitab Zaman Kita

Al-Quran Kitab Zaman Kita
Author : Syaik Muhammad Al-Ghazali
Publisher : Mizan

Al-Quran Kitab Zaman Kita mengajukan analisis tajam atas hakikat dan makna Al-Quran dalam kehidupan masa kini. Syaikh Muhammad Al-Ghazali (1917-1996)-yang berkeyakinan bahwa Al-Quran merupakan satu-satunya sumber bagi setiap upaya pengembangan sistem islami. Tokoh Ikhwanul Muslimin ini menceburi persoalan dari segala aspek: mulai dari kesalahan penafsiran, sikap mental umat, dosa-dosa politik dalam sejarah Islam, hingga cara “mendiversifikasikan” ilmu-ilmu Al-Quran.

Dengan kedalaman ilmu dan kejernihan bahasanya, ulama terkemuka ini memandu kaum Muslim bagaimana membaca dan menangani problem kehidupan kontemporer dalam sinaran Al-Quran.

“Al-Ghazali selalu mengajarkan keseimbangan (al-mizan), yaitu keseimbangan dalam menggunakan akal dan sumber agama (naql), dan dalam memandang dunia dan agama.”

Dr. Yusuf Qardhawi

Selasa, 02 September 2008

8 Mitos Pernikahan


8 Mitos Pernikahan



Perkawinan lebih penting bagi perempuan daripada laki-laki. Benarkah? Inilah salah satu dari sekian banyak mitos yang dipercaya orang. Padahal, berbagai penelitian menunjukkan bahwa lelaki yang menikah justru lebih bahagia daripada perempuan. Mereka lebih panjang umurnya dari yang tidak menikah. Wah, mitos semacam ini sering mengganggu dan membuat makin banyak orang enggan menikah.

Ingatlah, memercayai mitos berarti Anda akan salah informasi. Kalau salah informasi, Anda akan keliru mengambil keputusan. Nah, saat keliru mengambil keputusan maka hasil yang akan didapatkan pasti salah besar! Jadi, agar Anda tak terjebak dalam mitos-mitos seputar pernikahan, lebih baik ketahui dulu kebenarannya.

1. Mitos: Masuk perkawinan berarti tenggelam dalam 1001 masalah.
Fakta:
Jangan terlalu hanyut dalam cerita sinetron ah! Menikah atau tidak, Anda tetap berhadapan dengan masalah (pekerjaan, keuangan, keluarga, dan lainnya), kan? Adanya pasangan yang bisa diajak kerja sama, justru dapat meringankan beban. Bahkan perkawinan memberi banyak kesempatan untuk mengembangkan diri dan potensi.

2. Mitos: Untuk menikah, lelaki dan perempuan harus memiliki pemikiran dan kebiasaan hidup yang sama.
Fakta:
Secara fisik, lelaki dan perempuan diciptakan sebagai makhluk yang berbeda. Apalagi secara psikologis. Justru dengan pernikahan diharapkan Anda dan pasangan bisa menyatukan dua perbedaan untuk satu tujuan. Perbedaan lah yang akan membuat Anda dan dia saling belajar memahami, bekerjasama, menghormati dan mendukung.

3. Mitos: Menikah berarti memiliki teman kencan seumur hidup.
Fakta:
Benar. Tapi ini bukan satu-satunya alasan Anda untuk menikah. Paling tidak, kini Anda tahu dengan siapa akan menghabiskan akhir pekan atau liburan. Suami atau istri tak hanya siap menjadi teman di setiap saat, tapi juga siap sebagai sahabat dalam suka dan duka.

4. Mitos: Perkawinan selalu menuntut romantisme.
Fakta:
Kita hidup dalam dunia nyata. Bukan dalam dongeng atau sinetron. Romantis bukan berarti Anda harus ke mana pun berdua, kan? Atau mesra tiap saat sampai orang jengah melihatnya. Romantis bisa diwujudkan dengan cara sederhana, seperti berbagai cerita saat pulang kantor, berbagi sepotong burger, membantu memasak atau memilihkan kemeja kerja tiap pagi.

5. Mitos: Perkawinan yang bahagia tidak ada konflik.
Fakta:
Memang, konflik yang tak kunjung selesai akan mengikis kebahagiaan. Namun, yang sangat bahagia pun tak lepas dari konflik. Tiap orang punya ketakutan dan impian yang berbeda. Dan mereka punya cara sendiri dalam menyelesaikan konflik. Yang tidak bahagia, akan saling menyalahkan dan menyakiti. Sedangkan yang bahagia, berusaha saling mengerti dan membantu mencari jalan keluar terbaik, tanpa saling menyakiti.

6. Mitos: Perkawinan ibarat menuruni gunung.
Fakta:
Memang, sejak mencapai puncak kebahagiaan saat bulan madu, kebahagiaan akan terus mundur, mungkin sampai usia tua. Ada perkawinan yang setelah ‘mundur’, pantang maju lagi. Biasanya perkawinan seperti ini tak bertahan lama. Namun, ada penelitian yang menunjukkan bahwa kebahagiaan perkawinan jadi makin besar dengan bertambahnya usia. Jadi, tergantung Anda berdua, akan membiarkannya terus mundur atau menghentikannya dan kembali bergerak maju seperti masa pacaran.

7. Mitos: Dalil perkawinan adalah 50-50 (baca: fifty-fifty)
Fakta:
Nope! Dalam sebuah perkawinan kadang salah satu pasangan perlu mengalah, 70-90 % lah. Hubungan yang bahagia terjadi justru pada pasangan yang bersedia memberikan lebih dari 50 %. Pasalnya, keadaan orang tidak selalu sama. Ada kalanya menderita sakit, mendapat tugas ekstra berat, terkena PHK, sehingga keadaannya lebih ‘rentan’ dan memerlukan bantuan pasangan.

8. Mitos: Menikah = menjadi dewasa.
Fakta:
Benar. Sebuah nasihat lama mengatakan, seseorang bisa dikatakan dewasa jika ia berani mengambil keputusan untuk menikah. Menikah memang tak bisa langsung menjadikan Anda lebih dewasa. Namun, tanggung jawab yang ada di pundak yang akan mengajarkan menjadi dewasa. Menikah memang bukan keputusan yang mudah, karena perkawinan yang sukses membutuhkan kerja keras antara kedua belah pihak secara terus-menerus.mr-kompas

Menuju Masjid Kubah Emas

Menuju Masjid Kubah Emas

Umumnya masyarakat mengenal masjid sebagai bangunan berkubah dan memiliki menara. Kubah masjid terbuat dari beton, marmer, atau besi baja. Jarang ada masjid yang menggunakan bahan emas sebagai kubahnya. Berdasar catatan Kompas.Com, hanya ada 7 masjid kubah emas di dunia dan salah satunya adalah masjid Dian Al Mahri di Meruyung, Kelurahan Limo, Kelurahan Cinere, Depok.

Masjid yang dibangun tahun 1999 dan dibuka untuk umum tahun 2006 ini milik pengusaha asal Serang, Banten, Dian Djurian Maimum Al-Rasyid. Istimewanya, masjid ini menggunakan kubah berlapis emas 24 karat dari Italia.mencapai lokasi ini cukup mudah. Selain dengan kendaraan pribadi, dapat digunakan angkutan umum dari terminal Depok menuju Parung. Dari sini, perjalanan bisa dilanjutkan dengan ojek menuju jalan Meruyung. Jika menggunakan kendaraan pribadi, total waktu perjalanan dari Pondok Indah, Jakarta Selatan menuju lokasi hanya sekitar 1 - 2 jam perjalanan.

Jalan menuju lokasi cukup sempit dan hanya 2 jalur. Selain itu, kondisi jalan yang penuh lubang dan berpasir kerap membuat kecelakaan terjadi di sana karena tergelincir. dengan luas bangunan 8.000 meter persegi ini berdiri di atas lahan seluas 70 hektar. Ruang utama masjid berukuran sekitar 45 x 57 meter dan mampu menampung 8.000 jemaah.

Masjid ini memiliki enam menara (minaret) berbentuk segi enam yang dibalut batu granit abu-abu dengan ornamen melingkar. Pada langit-langit masjid terdapat ornamen bergambar langit biru lengkap dengan awannya. Sedangkan, pada puncaknya terdapat kubah berlapis emas 24 karat. masuk masjid dipisahkan antara pria dan wanita, dan di depan masjid ada tulisan dilarang masuk untuk anak berumur kurang dari tujuh tahun. Selain itu untuk masuk ke dalam masjid, diwajibkan memakai pakaian yang menutup aurat, sehingga kalau berkunjung kesana khususnya kaum hawa harus mengenakan jilbab.

Di depan pintu masuk masjid terdapat dua petugas dengan pakaian hitam yang bertugas mengingatkan pengunjung untuk mengenakan jilbab. Jika pengunjung tidak membawa, mereka akan meminjamkannya. Seorang penjaga masjid Nani (37) mengatakan selain wajib menutup aurat, pengunjung juga wajib menjaga kebersihan dan ketertiban di lingkungan masjid. "Mba, kalau mau masuk masjid pakai jilbab," tegur Nani pada seorang pengunjung wanita yang akan memasuki masjid.

Masjid adalah tempat suci, kata Nani, jadi wajib menutup aurat. kaki atau sandal harus dititipkan di bagian penitipan, dan tidak boleh ditinggal diluar. Uniknya, penitipan alas kaki terletak di bawah tanah sehingga pengunjung harus menggunakan tangga untuk menempuhnya. Pada jam-jam sholat, tempat penitipan alas kaki ini menjadi penuh dan berjubel. Di siang hari, lantai halaman masjid sangat panas. Untunglah, ada hamparan karpet plastik warna hijau yang disediakan pihak pengurus untuk mengurangi panasnya lantai halaman masjid yang diinjak dengan telanjang kaki. Dilarang menginjak rumput yang ada di taman sekitar masjid.

Untuk pengunjung yang ingin berteduh dan sekedar beristirahat, di seberang masjid ada aula yang disediakan. Biasanya pengunjung sekedar duduk-duduk atau rebahan sambil menikmati keindahan masjid ini. Penjual asongan dilarang memasuki areal masjid. Bagi pengunjung yang ingin makan atau minum sambil melepas lelah, ada kafetaria di depan gedung aula. Selain itu, pengunjung juga bisa belanja oleh-oleh khas masjid Kubah Emas di samping kafetaria. Aneka sovenir, seperti gantungan kunci dan pin dijual dengan harga sekitar Rp 4.000-Rp10.000.sekitar masjid dibuat taman dengan penataan yang apik.

Setiap harinya, pada pagi dan sore petugas kebersihan membersihkan dan merawat taman tersebut. Sedangkan untuk parkir, disiapkan lahan seluas 7.000 meter persegi cukup untuk menampung sekitar 1.400 kendaraan. Selain itu, di depan masjid terdapat rumah tinggal pendiri masjid. Disamping rumah tinggal tersebut ada dapur umum yang digunakan untuk memasak menu buka bersama dan pengajian.

Sabtu, 30 Agustus 2008

CINTA ADINDA

CINTA ADINDA
Author : Afifah Afra
Publisher : Mizania
Semua dimiliki Dokter Irham; kaya, cerdas, dan tampan. Namun untuk urusan cinta, Dokter Irham tak seberuntung Cassanova. Dua kali cintanya kandas di tengah jalan hingga Dokter Irham tak pernah berpikir sekalipun membuka kembali hatinya untuk cinta.

Namun, iradat Allah tak bisa ditebak siapa pun. Ketika Dokter Irham berurusan dengan Adinda, lambat laun cinta pun kembali menyapanya. Hanya masalahnya tak semudah membalikkan telapak tangan. Adinda masih harus berjuang keras menyelamatkan nyawa lelaki bernama Brata Kusumah. Sempatkah dia memikirkan cinta? Sampai hatikah dia menelantarkan orang yang begitu dicintainya?

Wujud Candi Induk Losari Terungkap

Wujud Candi Induk Losari Terungkap

Tim Balai Arkeologi Yogyakarta bersama Jurusan Arkeologi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menggali situs candi induk Candi Losari di Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, .

Setelah dua minggu menggali, tim peneliti Balai Arkeologi Yogyakarta berhasil mengungkap wujud candi induk Losari yang terletak di Desa Losari, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Salah satu bagian candi induk yang ditemukan dua hari lalu itu diduga sebagai dinding sisi barat candi.

Lokasi candi induk sekitar 8 meter dari Candi Perwara (candi pelengkap) yang ditemukan pada penggalian tahap pertama 2007, dengan kedalaman 3 meter. Ketua tim peneliti Candi Losari Balai Arkeologi Yogyakarta, Baskoro Daru Tjahyono, mengatakan, penggalian yang dimulai 10 Agustus itu merupakan lanjutan penggalian tahap pertama pada 2007.

"Pada penggalian pertama, kami hanya menemukan satu candi perwara. Penggalian kali ini untuk mengetahui seluruh bangunan utama Candi Losari," kata Baskoro ketika ditemui di lokasi penggalian, Senin (25/8).

Seperti candi Hindu kuno lainnya, tutur Baskoro, kompleks candi terdiri dari satu candi induk dan tiga candi perwara yang sekelilingnya dipagari. Setelah melihat sepenggal wujud bangunan candi induk dan estimasi jaraknya dengan candi perwara, Baskoro memperkirakan luas Candi Losari 25 meter x 25 meter. "Candi induknya diperkirakan 9 meter x 9 meter," ujarnya.

Candi Losari pertama kali ditemukan Muhammad Badri (52) pada 11 Mei 2004 saat menggali lubang untuk keperluan irigasi di kebun salak miliknya. Tim dari Balai Arkeologi Yogyakarta mulai menggali situs itu pada 2007.

Candi ini merupakan candi Hindu, di abad ke-9 Masehi dari zaman Kerajaan Mataram Kuno. ”Itu terlihat dari relief (ukiran) di salah satu candi perwara yang telah terungkap,” ujar Baskoro.

Candi ini terkubur lahar dingin letusan Gunung Merapi--diperkirakan terjadi 925-928 Masehi. Berdasar jarak antarcandi (0-2 km), candi ini dimasukkan dalam kelompok Candi Gunung Wukir bersama Candi Mantingan.

Ahli Arkeologi Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Djoko Dwiyanto mengatakan, dari ukuran yang termasuk kecil, Candi Losari diperkirakan dipakai oleh masyarakat desa atau kota kecil. Meski demikian, candi itu tetap mempunyai arti penting. "Dari candi ini kita dapat mengetahui perkembangan agama Hindu sampai ke tingkat lokal," katanya.

Menurut Dwi, pengungkapan candi Losari semakin membuka peluang penemuan-penemuan candi baru di wilayah Yogyakarta dan Jateng. "Dari hasil survei bawah tanah diketahui ada ratusan candi di antara Borobudur dan Prambanan yang belum terungkap," mr-kompas