Selasa, 19 Agustus 2008

Daendels, Orang Belanda yang Menyerbu Tanah Airnya

Daendels, Orang Belanda yang Menyerbu Tanah Airnya
Gubernur Jenderal HW Daendels


Herman Willem Daendels adalah tokoh revolusioner dan kontroversial di Kerajaan Belanda mau pun di negeri jajahan Hindia Belanda. Melihat sosok Daendels tidak terlepas dari semangat revolusi Prancis yang melanda seluruh Eropa sehingga menggentarkan keluarga monarki yang berkuasa.

Ketika Napoleon mulai melebarkan kekuasaan di Eropa, semangat revolusi melawan hegemoni keluarga kerajaan yang menguasai Eropa menjalar di kalangan muda. Gerakan itu tidak ubahnya semangat revolusi kaum muda membangun Republik Islam yang menjalar di Timur-Tengah seperti di Irak, Iran, Libya, Mesir, Suriah sehingga membuat keluarga Saud penguasa Saudi Arabia gentar seperti ditulis Yaroslav Trofimov dalam "Kudeta Mekkah Sejarah Yang Tak Terkuak".

Napoleon menjadi inspirasi kaum muda Eropa, tidak terkecuali Daendels. Sejarawan Djoko Marihandono dalam diskusi terbatas di Harian Kompas menjelaskan, Daendels adalah pria kelahiran tanggal 21 Oktober 1763 di Gueldre dekat Den Helder ( Den Helder adalah pusat Angkatan Laut-Koninlijke Marine-Kerajaan Belanda hingga hari ini).

Sewaktu kuliah tahun 1783, Daendels menggabungkan diri dalam kelompok pro-reformasi pemerintahan. Seiring dengan semangat Revolusi Prancis yang akhirnya diikuti dengan kemunculan Napoleon Bonaparte.

Kelompok Pro-Reformasi yang menamakan diri Gerakan Patriot menuntut penggantian Raja Willem van Oranje (Willem V) sebagai penguasa (stadhouder). Daendels pun menggabungkan diri dengan kelompok militan Gerakan Patriot dan mengalahkan pasukan Willem van Oranje tanggal 9 Mei 1787 di Amsterdam.

Willem van Oranje yang terdesak, ujar Djoko, meminta bantuan kepada saudar iparnya Raja Prusia. Dengan bantuan Resimen Wurtemberg dari Prusia, Gerakan Patriot dikalahkan.

Pasukan Gerakan Patriot yang kocar-kacir pun melarikan diri ke Prancis. Daendels turut meloloskan diri ke Dunkerque (Dunkirk-Terjemahan Inggris-red) di pesisir utara Prancis di Selat Inggris. Dia memasuki dinas Legiun Asing Prancis (Legion Franche Entrangere-red) pada tanggal 1 Agustus 1792 dengan pangkat Letnan Kolonel alias Overste dalam Bahasa Belanda.

Overste Herman Willem Daendels melesat karirnya, pada tahun 1793 dia telah menjadi Komandan Divisi (General de Division) berpangkat Brigadir Jenderal. Pada tahun itu, Napoleon telah memaklumatkan perang kepada Belanda seperti ditulis Bernard Dorleans dalam "Orang Indonesia dan Orang Prancis".

Sebagai bagian dari Pasukan Utara Prancis (Armee du Nord) Tentara Napoleon (Grand Armee), Daendels atas perintah Comitee de Salut Public pun kebagian tugas menyerang tanah air-nya, Nederland!

Daendels kembali ke negerinya sebagai pemenang. Di bawah Prancis, Belanda ditaklukan, Republik Bataaf diproklamirkan tahun 1795 di bawah perlindungan Prancis.

Namun, karir Daendels sempat berhenti ketika gagal menghadang serbuan Pasukan Inggris dan Russia ke Belanda. Dia pun kecewa sehingga mengundurkan diri dari dinas militer lalu menjadi petani di Gelderland.

Hampir enam tahun dia menjadi petani, tahun 1806, Raja Louis Napoleon yang menguasai Belanda untuk Prancis, memanggil Daendels untuk memimpin pasukan di wilayah utara yakni Friesland dan Groningen melawan serbuan Prusia.

Atas keberhasilan Daendels, dia pun diangkat Louis Napoleon menjadi penguasa Friesland dan Groningen. Selanjutnya, tanggal 28 Januari 1807, Daendels diangkat menjadi Gubernur Jenderal wilayah Hindia Timur Belanda yang berulangkali diserang Angkatan Laut Inggris atas usulan Kaisar Napoleon Bonaparte.

Daendels memiliki dua tugas utama yakni mempertahankan Pulau Jawa dari serangan Inggris dan memperbaiki sistem administrasi pemerintahan.

Daendels pun berangkat ke Jawa melalui jalan berliku dan tiba di Anyer, Banten, 1 Januari 1808. Persiapan perang dilakukan dengan salah satu mahakarya yakni pembangunan Jalan Raya Pos, Anjer-Panaroekan. Peristiwa itu diabadikan pelukis kenamaan Raden Saleh Syarif Bustaman dalam lukisan Daendels dengan jari menunjuk Poentjak Megamendoeng-kini dikenal sebagai Puncak Pass- seperti ditulis dalam buku "Dutch Encounter With Asia (1650-1950)".mr-kompas

Tidak ada komentar: