Rabu, 20 Agustus 2008

08-08-08

08-08-08

Oleh: Priyantono Oemar

Di bulan kemerdekaan ini, ada sederet angka delapan. 08-08-08. Tanggal delapan, bulan delapan, tahun dua ribu delapan. Banyak yang menyambut kehadiran deret angka delapan ini, termasuk pengurus partai politik yang partainya memiliki nomor urut delapan. Banyak orang percaya, ada keberuntungan di balik angka. Tak heran jika Mochtar Lubis mencatat percaya pada mistik sebagai salah satu ciri manusia Indonesia.

Bangsa Indonesia juga percaya, hari kemerdekaan, 17 Agustus 45, ada hitung-hitungan mistiknya. Orang heboh dengan angka 17. Mereka berupaya menarik garis dari Candi Borobudur ke Gunung Krakatau, dan jika diteruskan, lintasan garis itu di garis Khatulistiwa akan membentuk sudut 17 derajat. Candi Borobudur adalah simbol keberhasilan bangsa dan Gunung Krakatau dinilai sebagai penanda kelahiran Indonesia. Bangsa ini percaya bahwa segala sesuatu yang besar selalu didahului dengan letusan gunung. Krakatau meletus pada 1883. Pada 1884, Bastin memberikan nama kepulauan Hindia-Belanda ini sebagai Indonesia.

Orang juga heboh dengan angka delapan dan 45. Sebuah lingkaran ukurannya adalah 360 derajat. Dibagi delapan, hasilnya 45. Panjang garis Khatulistiwa yang melintas di Indonesia diperkirakan juga seperdelapan dari panjang total Khatulistiwa yang mencapai sekitar 40 ribu km.

Percaya mistik, itu pula yang kemudian mendorong seorang menteri agama di abad ke-21 percaya adanya harta karun, sehingga ia menggali situs bersejarah untuk mencari harta karun itu. Jauh sebelum dia, di pertengahan dekade 70-an, ada menteri transmigrasi dan pertanian yang datang ke Cendana melaporkan adanya orang yang mengaku bisa menyuburkan tanah tanpa pupuk. Sang menteri percaya pada ocehan orang yang memiliki guci wasiat itu. Guci itulah yang dilaporkan ke Cendana bisa menyuburkan tanah.

Sebelumnya, pejebat negeri ini juga ikut membuat heboh bangsa. Di masa Sukarno muncul orang yang mengaku sebagai Raja Idrus dan Ratu Markonah, dari Anak Suku Dalam, Jambi. Mereka pun disambut di Istana, dijamu makan-makan. Belakangan ketahuan bahwa mereka hanyalah tukang becak dan pelacur yang iseng. Sang tukang becak menjadi Raja Idrus, dan sang perempuan, Markonah, menjadi ratu.

Usai kasus ini, negeri kembali heboh dengan kasus Cut Zahara Fona. Ini orang yang mengaku sedang mengandung bayi yang sudah pintar melafalkan Alquran dalam kandungan. Banyak pejabat yang menempelkan telinganya ke perut dia, termasuk Soeharto. Belakangan, ketahuan bahwa suara lafal Alquran itu berasal dari tape recorder yang ia simpan rapi di bagian tubuhnya.

Rupanya, memang sudah nasib presiden Indonesia untuk percaya pada hal-hal aneh. Susilo Bambang Yudhoyono juga membuat heboh, setelah mengumumkan pada dunia bahwa Indonesia memiliki teknologi blue energy.
Ramalan tentang satrio piningit pun hingga kini masih dipercaya sebagian besar bangsa ini. Kita pun sibuk bergunjing tentang hal-hal aneh ini, sehingga lupa pada keharusan bekerja. Kita sibuk mengumpulkan bahan-bahan sesajen sebelum memulai kerja. Begitu kerja tak ada hasilnya, kita menyalahkan bahwa bahan-bahan buat sesajen ternyata kurang.

Tetapi, ketika kita mau benar-benar bekerja, kita justru terlalu sibuk menyiapkan alat yang dibutuhkan. Kita bertengkar tentang alat yang layak digunakan. Seseorang berkirim surat kepada saya dan mengibaratkan Indonesia tak pernah bisa mengadakan konser musik. Ibarat mau mengadakan konser, kata dia, kita disibukkan hanya dengan urusan penataan panggung dan memilih alat musik, tapi itu tak pernah usai. Orang sibuk bertengkar soal panggung yang pas, alat musik yang cocok, dan sebagainya, sehingga konsernya tak pernah jadi.

Percaya pada mistik, sibuk menata panggung, sibuk memilih alat, membuat bangsa Indonesia jatuh sebelum lepas landas. Usia negeri ini bulan ini bertambah lagi, dan akan terus bertambah tiap tahunnya, tapi pesimisme bertebar di mana-mana. Belum juga pelaminan disiapkan, seseorang minta dinikahkan segera. Permintaan itu begitu tiba-tiba hanya beberapa hari menjelang hari yang ia pilih sebagai hari pernikahan. Dan, ia ngotot dinikahkan, dengan cara menyembah kaki sambil menangis-nangis agar permohonan dikabulkan.

Jika Anda yang menerima permohonan seperti itu, apa yang Anda lakukan? Tentu ada perasaan masygul. Antara menyetujui atau menolaknya. Persiapan belum ada sama sekali, tapi harus mengabulkannya. Bagaimana jika kemudian Anda tahu, bahwa alasan ingin segera menikah itu hanya karena ingin mengejar angka keberuntungan 08-08-08?
Itulah kita. Bangsa yang masih percaya pada mistik.mr-republika

Tidak ada komentar: